Aku membuka dan menutup kembali layar
handphoneku, beberapa kali aku melakukannya, badanku terasa bergetar, mungkin
aku hanya sedang mengumpulkan sedikit keberanian untuk menghubunginya kembali.
seharusnya tidak merasa terganggu tapi kali ini fikiran ku benar benar
terganggu oleh chat bbm sahabatku yang menanyakan perihal pernikahan Gaga, mungkin
seharusnya aku tidak mengurusinya lagi tapi entah atas angin apa aku ingin
sekali menghubunginya. Dengan sedikit tekad yang kuat aku menekan tombol
berwarna hijau dengan harap-harap cemas, aku terlalu takut bila akhirnya Gaga
mengabaikanku.
"Hallo" sapa
seorang pria di ujung sana
"Hallo ga, ini gue Bianca"
suaraku terdengar bergetar tak kuat menahan tangis hati ini rasanya ingin
sekali berkata aku rindu kamu.
"Bian? Eh sorry bisa
telephone gue lain kali? Gue lagi sibuk banget nih"
"Hemm iya sorry sorry gue ganggu
lo ya"
"Tar kalo udah santai gue
telephone balik,bye"
Klik dan telephone dimatikan.
Dan hubungan komunikasi melalui
telepon seluler itu pun terputus seperti begitu terburu-buru memang. Setelah
sekian lama akhirnya aku mendengar suaranya. Suaranya yang tetap hangat. Gaung
Saputra muhamad Dia adalah mantan pacarku ketika kami sama-sama berkuliah. Dan
itu sudah sekitar lima tahun yang lalu.
Setiap bagian dari hidup kita, kadang
memang tak memiliki semua bagian yang diharapkan. Begitulah hidup kan? Kadang
pahit, kadang manis. Dan begitupun juga dengan hubungan percintaan. Hubunganku
dengan Gaga memang tak bisa disebut lancar. Kami pun mengakhiri hubungan kami
dengan banyak air mata terurai. Aku, dia, dan keluarga kami. Entah apa yang
bisa aku katakan atau deskripsikan. Yang jelas, lima tahun lalu, aku dan dia
sama-sama berharap, cerita hubungan kami akan berakhir di pelaminan. Namun
bukan itu sepertinya takdir yang digariskan Tuhan. Dan kami hanya bisa
menjalaninya dengan pasrah.
Bukan salah Gaga jika pada akhirnya
aku memutuskan untuk mengakhri hubungan kami.ini kesalahanku, Perasaanku
padanya luntur begitu saja. Ya, oke. Memang bukan begitu saja. Tentu saja ada
alasannya. Aku bertemu dengan pria lain. Seorang Bianca Suciana akhirnya jatuh
cinta lagi di waktu yang salah dan tidak tepat. Ah, beberapa tahun lalu memang
sepertinya bukan waktu yang baik untuk diingat-ingat. Tapi aku mengingatnya
dengan sangat jelas. Karena dari situlah, aku merasakan penyesalan yang teramat
dalam. Perasaan bersalah yang terus tumbuh berakar didalam hati ini. Aku
tertegun di pojokan kamar masih dengan sisa penyesalan yang sama dengan malam-malam
sebelumnya tak kusangka rasanya kehilangan sesakit ini.
Tiba-tiba telephoneku berdering
melantunkan lagu mocca dengan manis tertera dilayar bertuliskan "lula
kamalia" lula merupakan salah satu sahabat terdekat ku jarak rumahnya tak
jauh dari sini, dia juga merupakan salah satu saksi mata yang mengetahui awal
pertemuan ku dengan Gaga sampai dengan seluk beluk hubungan kami hingga pada
akhirnya kami berpisah.
"Hallo bian lo dimana?"
"Gue dirumah,kenapa?"
"Lo udah tau?"
"Tau apa?"
"Katanya Gaga mau nikah ya bii??
Lo udah tau kan??"
"Laaaa..guee.." seoalah tak
rela,seolah tak ingin mendengar semuanya lebih jelas lagi.
"Lo ga kenapa-kenapa kan ? Apa
gue salah ngomong?"
"Kita bahas lain kali ya la,gue
lagi pengen sendiri"
Seperti raga yang kehilangan jiwanya,
sudah hampir 5 tahun yang lalu kami berpisah,tapi aku tidak pernah merasa
sesakit ini kehilangan mu,Ga!
***
Sinar matahari masuk melalui
celah-celah kecil kamarku, aku membuka mata ku perlahan,ah sial gerutuku dalam
hati karena tangis semalam menyebabkan mataku sembab,pagi ini aku awali dengan
mengutuk diri sendiri.
"Bian...sayang...cepat
bangun..udah jam berapa ini" suara lembut mama mengalun diluar pintu kamar
dengan segera aku bersiap untuk bergegas berangkat ke kantor.
Pagi hari ini, aku sengaja ingin
melewatkan waktu sarapan di pagi hari bersama mama. Wajahku yang sedikit
menunjukkan kesedihan dan mataku yang sembab ini rasanya tak dapat aku
sembunyikan dari mama. Dia selalu mengetahui apapun yang sedang terjadi padaku.
Maka, dengan sedikit terburu-buru aku mengambil blazer hitamku dan bergegas
menuju garasi mobil.
"Bian,kok buru-buru sih ga
sarapan dulu?" ucap mama menegurku yang sedang memanaskan mesin mobil.
"Engga deh mah,bian
buru-buru takut telat"
"Hey hey, anak gadis mama yang
satu ini. Bohong ya kamu sama mama? Sini sini, ayo cerita sedikit sama mama,
lagi ada apa sama kamu?" kenapa aku selalu tidak bisa bersandiwara ya di
depan mama? Ucapku dalam hati.
"Hmmm, aku gapapa kok, Ma.
Beneran deh, hehe." jawabku dengan tetap tidak menjawab jujur. Mata ini
tidak berani menatap mata mama secara langsung.
"Lho, masih mau bohong juga toh
kamu. Ya sudah, mama ga bisa maksa juga kalo kamu belum mau cerita. Nanti-nanti
cerita ya” ucap Mama berkata sambil mengusap bahuku.
Aku hanya tersenyum. Dan dengan bergegas
segera menyalami tangan mama.
"Bian,satu lagi..semalam Gaga
menghubungi mama" ucap mama dengan senyuman, aku sudah muak dengan ini
semua, mengapa Gaga tidak membiarkan aku tahu terlebih dahulu mengapa dia tidak
menjelaskan dan memberitahuku perihal pernikahanya terlebih dahulu kepadaku
sehingga aku bisa lebih mempersiapkan mental ku. Dan kenapa hingga kini dia
belum menghubungi ku lagi? Seribu pertanyaan mencuat,aku tak menggubris ucapan
mama dan segera berlalu menuju kantor.
"Neng bianca,ini ada titipan"
sapa mang kamil satpam kantorku dengan senyum semangatnya pagi ini.
"Titipan? Dari siapa?"
"Dari Pak Yudha neng,katanya
buat neng Bian..neng bian kenapa? Tumben hari ini tampak lesu?"
"Yudha? Haha engga mang semalem
abis begdang kali jadi keliatannya lesu,yaudah aku ambil titipannya ya
mang..aku masuk dulu"
Aku membuka kantong titipan tersebut
dan isinya Sekotak bekal berwarna pink berisi roti sendwitch lengkap dengan
susu murni segarnya,aku tersenyum ya setidaknya pagi ku tidak terlalu
menyedihkan.
Yudha barata wijaya sosok pria lain
yang membuat aku kehilangan rasa kepada Gaga begitu saja. Semuanya Berawal dari
lima tahun yang lalu. Lima tahun lalu, aku dan dia sama-sama baru saja masuk ke
dunia kerja. Aku bekerja sebagai insinyur di salah satu perusahaan konsultan
milik keluarga, sedangkan dia memutuskan untuk berkecimpung di dunia perbankan.
Kesibukan demi kesibukan memang rasanya selalu saja menjadi alasan untuk
membuat kami semakin jarang bertemu. Terlebih aku, aku memiliki banyak waktu
yang tak bisa kubagi-bagi. Proyek perusahaanku sedang banyak saat itu, dan
setiap malam aku harus melembur di kantor. Sedangkan gaga dengan sabar mengerti
kesibukanku. Gaga memang baik hati dan pengertian. Gaga mau memahami segala
kesibukanku.
Semuanya lancar-lancar saja di tiga
bulan pertama. Lalu Pamanku, Om bey mengenalkan aku kepada salah seorang
insinyur baru di perusahaan kami. Dan disitulah aku bertemu dengannya. Awalnya
aku memang mengakui, aku sudah tertarik pada pria itu. Pria dengan gaya
metroseksual dan menawan. Namun kedekatan kami yang memang pada awalnya hanya
karena pekerjaan, membuatku semakin merasa nyaman berada di dekatnya.
Ah, memang tak butuh waktu lama untuk
menyadari bahwa pada akhirnya aku jatuh cinta lagi. Yudha begitu mempesonaku.
Dia sudah mempesonaku sejak pertemuan kami yang pertama. Dan semakin hari, dia
memang mampu menyita perhatianku.
Lima bulan setelah hubunganku dengan
gaga resmi berakhir, Yudha menyatakan cintanya kepadaku. Dan aku langsung
menerimanya. Hubungan kami lancar-lancar saja. Terlebih karena kami memang
dapat sering bertemu. Dia ditempatkan di kantor cabang bandung barat, sedangkan
aku di bandung Selatan. Perusahaan keluargaku memang sedang berkembang,
walaupun kantor cabangnya memang tidak terlalu besar, tapi perusahaan ini sudah
cukup memiliki banyak klien. Papa dan omku memang memiliki banyak rekanan yang
mempercayakan proyek-proyeknya pada perusahaan kami.
Namun enam bulan yang lalu, ketika
usia hubunganku dengannya genap 4 tahun Yudha dipercaya untuk memimpin proyek
di Semarang. Betapapun tidak terlalu senangnya aku mendengar berita itu, tapi
dalam lubuk hatiku, aku bangga padanya.
Ada sebersit rasa khawatir dengan
hubungan kami ketika yudha akhirnya diharuskan untuk bertugas di luar kota.
Hubungan jarak jauh atau LDR merupakan kendalanya. Aku memang tidak terlalu
tertarik dengan hubungan seperti ini sejak dulu. Dan sejujurnya, aku khawatir.
Sebesar apapun rasa percaya diantara kami, itu bukan satu-satunya faktor untuk
menjadi jaminan bahwa hubungan jarak jauh itu tidak terlalu berisiko. LDR tetap
LDR. Dan risiko itu terlalu berat untuk aku ambil. Namun toh aku berani juga
memutuskan untuk melanjutkan hubungan itu. Karena rasa sayang kami, dan karena
durasi proyek yang tidak terlalu lama, satu tahun setengah jadi akhirnya aku
bertekad untuk tetap melanjutkan dan bertahan berhubungan dengan Yudha. Hingga
kini hubungan ku dengan Yudha masih berjalan lancar meskipun beberapa kali
putus namun akhirnya nyambung lagi,hanya saja kami belum terfikirkan untuk
melangkah ke pelaminan dengan cepat.
Dan pagi ini entah angin dari mana
Yudha mengirimkan ku sekotak bekal sendwich rasa cinta,bahkan kedatanganya ke
bandung pun aku tak tahu. Aku meronggoh tas ku mencari handphoneku dan tertera
15 panggilan tak terjawab dari yudha.
"Hallo sayang,special gift dari
aku udah diterima?"
"Nyebelin kann ngilang dua hari
kebandung gak bilang tiba-tiba ngasih gituan, kenapa mau nyogok biar aku gak
bete?"
"Hahaha sayang tar malem aku
jemput ya,setelah tugas ku beres kita diner. Jangan lupa makan siang love you
bianca"
"Okay,love you too
yud"
Baiklah kita mulai hari ini dengan
sejenak lupakan masalah Gaga dan acara pernikahanya ucapku dalam hati namun
seakan mengelak Pikiranku terus meracau
pada Gaga. Padahal, apa sih yang aku pikirkan? Untuk apa aku sibuk-sibuk
memikirkan dia? Sedangkan mungkin dia juga tak mau tahu kabarku. Niatku saat
itu hanya satu, mengetahi kabarnya, juga tentang kabar pernikahannya. Dan apa
yang aku dapatkan? Penolakan. Ya, untuk pertama kalinya, dia menolakku.
Dan aku merasa seperti keledai dungu untuk apa
aku menghubunginya semalam? Hanya untuk diabaikan? Dia sudah benar-benar
melupakan ku lalu untuk apa capek-capek merasa bersalah. Lagipula sudah tidak
ada lagi hububganya denganku bukanya lebih baik jika sekarang dia sudah memiliki
pengganti ku yang mungkinn jauh lebih baik? Aku menangis,air mata ku membanjiri
pipiku kali ini tak bisa kah Gaga membuat hati ku yang sesak ini lebih lapang?
Siang ini aku sudah mengadakan janji
dengan lula untuk makan siang bersama disalah satu cafe dekat kantorku, rasanya
akan kehabisan seluruh nafasku karna sesak jika harus ku pendam semua ini
sendirian.
"Jadi, uda ngerti kan, la?”
“Hmmm…”
“Hmmm? Kok Hmmm?”
“Jadi apa yang mau lo denger?
Komentar? Saran? Atau sekedar butuh pendengar setia?”
“Gue mau semuanya. Kan lo biasanya
juga bisa merangkap. Tumben ah pake nanya”
“Hehe, bukan begitu, bian sayang.
Muke lo tuh kaya orang linglung sih daritadi. Gue takut salah-salah ngomong
nih, makanya nanya dulu, hehe”
Aku hanya terdiam sambil memaksakan
diri untuk sedikit tersenyum.
“Lo masih sayang gaga?”
“Kenapa jadi nanya gitu sih, la?”
“Uda dong,Jawab aja. Ga neko-neko kan
pertanyaan gue? Secara dia mantan lo, jadi wajar aja pertanyaan gue”
“Sayang sih, Cuma ga kaya dulu.
Sekedar sayang untuk merasa lega jika dia baik-baik aja”
“Yakin?”
“Ya ampun,laaa..makin ke sini makin
nyebelin deh lo”
“Duh, bukan maksud gue ngeledek
lo,Cuma logika gue bilang, kalo lo ga sayang sama dia, ngapain sih lo
repot-repot konfirmasi ke dia tentang pernikahannya? Ngapain lo sebegitu
carenya sama dia,bisa jawab?”
Aku terdiam. Cukup lama, sampai
akhirnya aku bisa mengeluarkan sebuah jawaban.
“Gue mau dia mendapatkan wanita yang
terbaik. Gue mau dia selalu baik-baik aja, Karena… karena gue menyesal uda
meninggalkan dia dulu. Karena gue sesungguhnya merasa bersalah. Dan entah apa
ini namanya, gue Cuma mau dia ga bener-bener hilang. Gue Cuma mau tau kabar
kalo dia baik-baik aja”
“Dan apa itu ga berlebihan menurut
lo?”
“Maksudnya?”
“Iya, kalo cuma untuk tau dia
baik-baik aja, gue rasa dia emang baik-baik aja. Come on,. Dia masih angkat
telp lo kan? Lo masih bisa denger suara dia kan? Dan itu bukannya artinya dia
baik-baik aja?”
Lula benar. Dia selalu benar. Dan
dibalik semua jawaban dan pertanyaan frontal yang dia tanyakan, aku yakin, dia
sudah tau jawaban sebenarnya. Selama kurang lebih sepuluh menit, aku lagi-lagi
hanya bisa terdiam. Duduk lemas memandang minuman dan makanan yang sedari tadi
tak habis dan pasrah karena tidak dapat menjawab pertanyaan lula dengan jawaban
apapun.
“Rasa bersalah lo sudah terlalu
besar, Harusnya ga sebesar itu. Gaga
memang bersedih waktu lo memutuskan dia karena pria lain, tapi ya sudah,
hidupnya tetap berjalan kan? Walau memang sulit sekali buat dia. Tapi dia tetap
hidup”
Lula meneguk sedikit minuman yang ada di
hadapannya, lalu melanjutkan kembali
"hidup kan ga semulus yang kita
mau. Gaga pasti mengharapkan dia bisa sama-sama lo terus sampe kakek nenek.
Menikah, punya anak, bahagia, dan sebagainya dan sebagainya. Tapi kan,
kenyataan berkata lain. Percaya sama gue, selalu ada hikmah dibalik ini semua”
“la,lo ga tau seberapa gue
merasa bersalah sama gaga. Lo ga tau”
“Iya,
gue emang bukan lo, tapi gue bisa bayangin kok. Dan lagian, apa lo mau
hidup dengan memelihara rasa bersalah itu seumur hidup lo? Ga kan?”
Aku mengangguk, menyetujui apa yang
lula katakan.
“Gue cuma berharap, dia baik-baik aja
dan bahagia selalu la" suaraku mulai meredup dan parau. Lengan lula sudah
memelukku erat saat itu.
***
"Hallo sayang? Beres jam
berapa?" tanya yudha di ujung telephone sana.
"Hmm aku bentar lagi beres kok
yud,mau jemput kerumah apa langsung dari sini?"
"Ohh bagus deh kerjaan ku
ternyata kelar lebih cepet,aku sekarang di parkiran bawah..aku tunggu kamu
disini ya"
"Okay yud,15 menit lagi aku
turun" ucapku sambil mematikan telephone dan membereskan beberapa
buku,jurnal,map yang berserakan diatas meja kerjaku.
"Hemmm" aku menghela nafas
panjang dan berat,setelah sekian lama apa perlu aku menyesali nya sekarang???
"Sorry lama,tadi ada beberapa
yang belum beres tapi aku bekel kerumah aja deh jadi PR" sapa ku hangat
memasuki mobil jazz warna biru tua milik yudha
"Sayang,kamu sakit???"
"Engga,emang kenapa?"
"Kok kurusan sih?? Baru juga 5
bulan kita Ldr bandung semarang..sekarang udah kurus aja kamu"
"Aku kecapean kali
yud,hehe"
"Kecapean pun jangan sampe lupa
makan sayang"
"Iya iya" aku mengangguk
merasa malas dengan pembicaraan ini.
"Hemm jadi mau kemana
kita?"
"Loh kok nanya aku kan kamu yg
ngajak"
"Bian kamu lagi banyak fikiran
ya sayang?"
"Kamu selain jago ngilang,jago
ngasih kejutan,sekarang jadi jago ramal juga ya semenjak di semarang?belajar
dari mana?"
"Hahaha aku dari tadi merhatiin
kamu tuh kaya yg linglung kaya yang lagi ada problem berat ganggu fikiran
kamu"
"Engga kok yud mungkin
cuma masalah kerjaan aja"
"Oke aku gak akan paksa kamu
cerita lebih detail pokoknya kali ini aku cuma pengen liat kamu senyum dan
bahagia yaa" aku lagi lagi tersenyum parau.
Mobil yudha membelah jalanan lembang
dengan tak terburu-buru sejujurnya setelah 5 bulan terakhir kami Ldr, bohong
jika aku bilang aku sama sekali tidak merindukannya. Aku sungguh sangat
merindukannya namun bayangan Gaga terus saja mengganggu fikiranku. Seharusnya
tidak begini, setelah selama ini apa aku baru menyadari nya bahwa kehilangan
dan merelakan dia dengan seseorang yang baru itu menyakitkan? Lalu bagaimana
dengan gaga pada saat itu merelakan aku memilih yudha? Apakah ini karma? Tuhan
sedang mebolak-balikan hati ku agar aku lebih banyak belajar?
Jarak perjalanan memakan waktu kurang
lebih setengah jam, maklum cafe ini memang terletak jauh diatas bukit karna
menjanjikan keindahan lampu kota bandung saat malam. Yudha menggenggam tanganku
dan menariku ku sudut cafe yang berhadapan langsung dengan lampu-lampu nan
indah disana berkelap-kelip layaknya bintang yang manis. Di meja itu sudah
tersedia cake berukuran sedang bertuliskan happy aniversary plus dengan
sebouket bunga mawar merah. Aku terbelak kaget lantaran aku benar-benar lupa
kalo tanggal hari ini merupakan hari jadi kami.
"Pasti kamu lupa deh kalo hari
ini aniv kita,ya kan? Kebanyakan mikirin kerjaan sih kamu sayang" ledek
yudha,aku masih terbengong-bengong melihat kejutan demi kejutan yang yudha
berikan.
"So..sorr..ry yud aku bener
bener lupa banget kalo hari ini tuh.."
"Udahlah sayang ga penting buat
dibahas, aku tau kamu banyak kerjaan jadi aku faham dan ngerti banget kok.
Kebetulan aku emang sengaja pulang ke bandung hari ini cuma buat ngerayain aniv
kita loh! Hehe makanya aku ga bilang sebelumnya sama kamu kalo aku pulang. Yuk
kita tiup lilin nya bareng-bareng jangan lupa berdoa dulu, berdoa yang terbaik
untuk kita kedepannya..setuju?" aku mengangguk Tanda setuju sembari
tersenyum. Aku akui Yudha pun begitu baik, perhatian dan terlebih romantis.
Tapi mengapa saat ini begitu mengetahui Gaga mencintai wanita lain selain aku
dan berencana untuk menikah hatiku seolah tidak rela, egois kah??? Ya aku egois
teramat sangat egois.
Setelah selesai berdoa dan meniup
lilin diatas cake, Yudha mencium keningku rona-rona bahagia benar-benar
terpancar diwajahnya saat ini.
"Sayang satu lagi, aku ada kado
special buat kamu" ucapnya sambil memberikanku satu kotak kecil berwarna
pastel,aku membukanya perlahan sebuah cincin cantik tersenyum di dalam sana.
"Will you marry me Bianca?"
tanya yudha mengagetkan ku.
"Menikah? Yud kita
pernah bahas masalah ini kan"
"Bian,apalagi sih yang kita
tunggu? Bukannya kita sama sama saling mencintai terus apa lagi sih?"
"Aku belum siap,belum
siap ke arah sana"
“Belum siap karena factor apa? Umur
kita udah bisa dibilang matang loh buat ke arah sana, Bian umur kita tuh
bakalan terus nambah aku gak mau kalo sampe telat nikah loh..lagian kalo kita
emang udah saling sayang aku rasa apa lagi, terlebih umur pacaran kita juga
udah lama kan. Jangan sampe deh ya lama-lama pacaran terus gak jadi nikah”
“ini tuh gak segampang itu yud, gue
butuh banyak waktu buat memikirkannya lagi”
“Memikirkannya lagi? Memikir kan apa
maksud kamu? Dan gue? Kamu kenapa sih
aneh banget dari tadi!”
Aku terdiam cukup lama, saat ini otak
ku benar-benar sedang mumet begitu penuh, hingga bingung dan ngelantur
berbicara.
“Sorry..sorry banget Yud.. kita bisa
bahas ini lain kali? Aku bener-bener lagi mumet banget. Bukan maksud buat
ngancurin special aniv kita dan surprise dari kamu tapi beneran aku Cuma pengen
pulang sekarang, boleh?”
“Kenapa sih selalu ngehindar dari
ini? Apa aku salah ngajak pacar yang udah hampir 5 taun pacaran buat nikah?”
aku tak berani menatap mata Yudha aku yakin kini dia sedang benar-benar merasa
kecewa.
“Yud..please” aku tertunduk kaku.
“Oke, Kita pulang sekarang” ucap
Yudha sambil bangkit dari tempat duduknya. Aku mengikuti langkahnya dari
belakang sambil tertunduk ke lantai, begitu lemas. Apa yang ada dalam otak ku
saat ini, mengapa aku menolak lamaran Yudha yang begitu romantis malam ini? .
“ADUH MBAK KALO JALAN LIAT KEDEPAN
KALI” Teriak seorang wanita didepan ku, aku terperanjat kaget dan tersadar
dalam lamunanku, aku tak sengaja menyenggol gelas berisi jus strawberry
miliknya hingga tumpah di atas mejanya.
“Udah sayang, jangan marah-marah gitu
dong nanti kita pesen lagi aja ya” sapa seorang pria di sebelahnya dengan
lembut dan membuatku benar-benar terperanjat kaget.
“GA…GA..” ucapku dengan tubuh yang
bergetar hebat.
“Kamu kenal dia sayang?” Tanya
perempuan yang marah-marah tadi.
“Bian? Hey Bian, apa kabar? Wah mimpi
apa gue ketemu lo disini..” sapa Gaga hangat seperti biasanya.
“Gue..ba..ik..” Kaku benar-benar
menyelimuti tubuh ku kali ini.
“Ini kenalin calon istri gue
namanya Neta”
“Oh iya, hallo Gue Bianca tapi cukup
panggil Bian aja” ucapku mencoba sedikit menutupi gugup ku kali ini.
“Neta” ucap wanita itu dengan judes.
“Oh ya Net, sorry banget ya gue
beneran tadi gak sengaja nyenggol gelas lo..sorry bangettt….”
“Sayang, aku cariin kamu taunya kamu
disini” Sapa Yudha. Kulihat tatapan Gaga kini sedikit berubah.
“Eh iya Yud, tadi aku gak sengaja
nyenggol gelas punya mbak ini hehe dan ternyata dia calon istrinya temen ku”
aku menjelaskan.
“Oh Gitu, gak apa–apa aku aja yang
bayar kamu pesen lagi aja” ucap Yudha
“Ga usah, gak usah jangan dibawa
ribet nyantei aja Neta biar pesen yang lain aja”
“Oke deh kalo gitu, kita balik duluan
yaa Ga.. sorry sekali lagi ya Net” ucapku sambil berlalu di ikuti yudha yang
memeluk pinggangku dari belakang.
Rasanya malam ini terasa sangat dingin,
seluruh tubuhku beku seperti tak bernyawa. Fikiranku melayang jauh terbang
tinggi tanpa batas. Setelah sekian lama kini aku kembali melihat wajahnya,
mengapa ada sedikit perasaan tak iklas melihat disebelahnya kini ada wanita
lain. Hentikan semua rasa ini tuhan.
Sepanjang perjalanan Yudha tidak
bertanya tidak juga memulai percakapan aku tau dia masih kecewa dengan sikap ku
malam ini. Dan aku pun seperti tidak ingin memperburuk suasana aku memilih
untuk bungkam juga. Sesampainya dihalaman rumah Yudha tidak banyak berbicara
seperti biasanya. Aku hanya berkata “maaf buat malam ini Yud” dan dia pun hanya
tersenyum dan berlalu.
***
Aku kembali membuka laptop ku untuk
meneruskan beberapa pekerjaan yang memang sengaja aku bawa kerumah malam ini.
Kamarku redup sekali, aku sengaja membuatnya demikian karena aku berharap dapat
terlelap lebih awal dari biasanya. Siklus tidurku benar-benar teganggu sekali
beberapa hari ini. Pikiran memang selalu membawa pengaruh sangat besar pada
kebiasaan tidur dan pola makan ku. Tak baik memang, namun aku bisa apa? Mata
ini sepertinya berkomplot dengan kepala untuk sama-sama ikut memikirkan tentang
Gaga. Dia memang sedang menjadi Hedline di kepalaku.
Semuanya bermula dari beberapa
pertanyaan yang tidak seharusnya ditindak lanjuti, seharusnya sikapku adalah
masa bodoh dan biarkan semua berjalan apa adanya. Jika memang Gaga akan menikah
dan jika ia ingin mengundangku, pasti undangan itu akan sampai ketangan ku
langsung. Harus kah aku menunggu saat itu tiba? Tanpa bertanya apapun padanya?
Tanpa konfirmasi apa-apa? Toh dia hanya sekedar mantan pacarku tidak lebih.
Aku terbangun di pukul tiga subuh,
Mimpi itu datang lagi. Dalam mimpi itu Gaga mendatangi ku dan bersusah payah
mengatakan bahwa selamanya dia tidak pernah melupakan aku. Dan bahwa dia tidak
mencinta Neta seperti dia mencinta aku.
“Cinta itu Cuma satu,Bian” itulah
kata-katanya dalam mimpiku yang sempat aku ingat. Tapi hidup dan percintaan
tidak selamanya seideal itu kan.begitu pula dengan mimpi tak selamanya mimpi
itu memiliki arti sesuatu dan yang aku harap hanyalah semoga aku tidak terlalu
berharap dengan mimpi itu.
Aku meneguk segelas air putih dengan
keringat dingin membanjiri tubuhku, ada apa ini? Mengapa semua ini terasa salah
dan menyiksa?. Aku menggenggam erat handphone ku, harus kah aku mencoba
menelephonenya kembali saat ini dan membicarakan masalah ini padanya? Aku sudah
benar-benar tak tahan. Aku kembali menekan tombol hijau itu.
“Hallo” Sapa Gaga diujung sana.
“Hallo Ga, ini gue Bianca..kok belum
tidur?”
“Bian? Kok lo telephone gue? Ada apa?
Iya nih gue lagi banyak banget kerjaan yang harus kelar..kenapa? kenapa?”
“Gue…hemm…boleh gak sih kalo gue
ngajak lo ketemu besok? berdua aja?”
“Lo kenapa? Lagi ada masalah? Tumben
jam segini belum tidur?”
“Jawab aja..bisa apa engga?”
“Hemmm…” Gaga hanya menghela nafas
panjang terdengar berat sekali.
“Ga, sorry banget..sorry banget
seharusnya gue gak nelephone lo dan ganggu lo lagi..maaf kalo lo emang ga bisa
gak apa-apa kok”
“Hey..are you okay? Dimana kita
ketemu besok? Gue jemput lo ke kantor aja ya besok” ucapnya hangat.
“Stone Garden ya jam 7, gak usah
dijemput Ga, kita ketemu langsung ditempat aja ya”
“Okay, see you Bian” ucapnya sambil
mematikan telephone. Haaaah aku merasa sangat lega, lega sekali nafasku terasa
mudah kali ini.
***
“sorry nunggu lama” sapa nya dengan
begitu manis, aku tersenyum.
“hemm..Neta gak nanya lo kemana malam
ini?” Tanya ku basa-basi.
“Neta kebetulan ada rapat gitu di
Singapure berangkat tadi pagi sih, jadi apa kabar Bianca? Udah lama gak ketemu
dan tetep cantik aja ya”
“Gombal, haha sekarang jadi pinter
ngemodusin cewek ya Ga! Kabar gue baik..lo? terus Neta itu kerja dimana?”
“Gue juga baik kok, Neta itu kerja di
perusahan Design art gitu, kalo yang kemaren itu Yudha? Yudha yang bikin lo
pergi dari gue ya?”
“apaan sih lo”
“hahaha gue bercanda kali…masih aja
tetep sensi ya, jadi ada angin apa sih yang ngebuat lo nelephone gue jam tiga
subuh buat ngajakin ketemu hari ini?”
“bentar-bentar gue mau nanya, waktu
seminggu yang lalu gue telephone dan lo janji mau nelephone gue balik kenapa
gue tunggu gak ada telephone balik dari lo? Segitu sebelnya ya denger suara
gue?”
“Tuh kan lo tuh gak pernah berubah
yaa Bian, Gue saat itu lagi sibuk bangetttt super sibuk dan akhirnya gue
beneran lupa buat nelephone lo balik..sorry”
“Lo mau menikah ya Ga?” ucapku pelan
sekali..
“Oh itu..jadi berita itu udah sampe
juga ketelinga lo! Hahaha iya sebenenya sih gue sama Neta udah lamaran, tapi
untuk pernikahanya masih tiga bulan kedepan, lagian nih ya kalo gue nikah
mustahil banget gue gak ngasih undangan sama lo dan mama”
“lo udah yakin banget ya sama Neta?”
“maksud lo?”
“akhir-akhir ini ada yang ngeganggu
fikiran gue Ga..”
“hemm gue kaya gak bisa tidur, sulit
focus, gak mood makan, gelisah Cuma karna ini..”
“Gue kaya gak rela lo nikah sama
cewek lain..”
“Bian..”
“tar dulu Ga, Gue bener-bener butuh
waktu buat ngomong ini semua ke lo, jadi jangan disanggah dulu ya..”
“Gue menyesali perbuatan gue lima
tahun yang lalu buat ninggalin lo dan memilih pria lain. Ini gila dan mungkin
hal terbulshit yang lo denger, tapi sumpah setaun ini gue merasa menyesali
semua kesalahan gue membiarkan lo menderita karna gue ngebuang lo gitu aja.
Mungkin seribu kata maaf gak akan bisa balikin semuanya kaya dulu lagi, apa
yang udah terjadi adalah tinggal menjalaninya saja. Tapi saat gue tau lo mau
merried dengan wanita lain perasaan ini begitu semakin menyiksa gue..sumpah
sungguh sangat menyiksa. Tapi meminta lo untuk menjalani kembali sama gue
sekali lagi itu ga realistis gak boleh dan gak mungkin lo ninggalin Neta demi
gue..Gue Cuma berharap lo bahagia.. dan semoga Neta cewek terbaik buat lo.. gue
Cuma gak mau penyesalan gue semakin dalam sebelum gue ungkapin semua ini sama
lo..sekarang gue ngerasa lebih lega”
“Lo masih inget gak sih? Gimana gue
ngemis-ngemis supaya lo balik sama gue, supaya lo mau memikirkan lagi bagaimana
harmonisnya hubungan kita yang pada saat itu berusia tiga setengah tahun dan
gue juga meminta kesedian lo untuk memulai kembali semuanya dari awal. Tapi
apa? Apa yang lo bilang sama gue? Lo tolak semua itikad baik gue, Ironisnya
sampe saat ini pun sebegitu nya lo memperlakukan gue, gue tetep sayang sama lo
Bian, gue gak pernah merasa benci sama lo! Bahkan lo yang menjauh dari gue, lo
juga yang bilang supaya engga nyari lo lagi dan melupakan lo. Sekarang gue udah
sedikit melupakan semua itu dan berencana menikah memulai dan menata kehidupan
yang lebih baik lagi, kenapa lo muncul lagi? Kenapa lo bersikap seperti ini? Lo
mau memporak poranda kan hati gue lagi? Gue bahkan butuh waktu selama itu buat
move on dan memilih wanita lain. Lo gak berfikir perasaan gue saat itu? Lo bisa
ketawa bahagia share sana sini kebahagian lo sama Yudha lelaki itu tanpa lo
fikir perasaan gue, dan sekarang lo dateng ngomong kaya gitu? Lo menyesal?
Kemana aja lo selama ini Bian??”
“kasih gue waktu seminggu,
kasih gue waktu yang lo punya”
“maksudnya?”
“kita pergi berdua selama
seminggu buat saling melupakan setelahnya”
“gue makin gak ngerti”
“gue Cuma pengen semuanya clear, gue
Cuma pengen semuanya baik-baik aja dan lancar-lancar aja. Jadi kasih gue
seminggu bareng sama lo menikmati tiap inci kebahagian gue yang dulu buat
menguatkan gue kalo lo udah bukan milik gue lagi. Seminggu aja sebelum lo
menikah. Biar penyesalan ini ga semakin mendalam..gue mohon kali ini aja Ga..
pertimbangkan”
“Bian…”
“Ga please..kali ini aja untuk yang
terakhir kalinya..Lo janji kan buat liburan ke Bali sebelum akhirnya gue
mutusin lo waktu itu? Gue mau liburan ke bali kali ini sama lo selama seminggu
setelah itu mungkin gue bakalan lebih kuat menghadapi ini semua, dan meratapi
kebodohan gue..”
“Oke, kapan kita pergi?” muka Gaga
tampak lemas sekarang.
“Lusa..”
“Oke aku siapin dulu tiket dan keberangkatan
kita ya”
“Ga…makasih ya udah mau luangin waktu
buat gue”
“Iya Bian sama-sama, jangan nyiksa
diri lo sendiri lagi. Banyakin makan badan lo kurus banget sekarang. Gue suka
lo yang dulu yang ceria dan gemukan”
Aku menahan air mata ku hingga detik
terakhir kami berpisah di parkiran, menahan dan mencoba kuat meratapi kebodohan
ku. Sudah tanggung jalan sampai kesini maka semuanya pun harus segera selesai.
***
“Aduhh….Biannn lo abis dari mana aja
sih???” gerutu Lula sesampainya aku membuka pintu rumah dengan wajah lesu.
“Apaan sih lo? Baru juga dateng udah
di sewotin” gumanku sambil terduduk disebelah Lula dengan lemas.
“Ya Allah ni anak ya, lo cek deh
handphone lo. Nyokap lo dari tadi ngehubungi lo susah banget, Bokap lo masuk
UGD di Surabaya gara-gara kecapean dan pingsan”
“Ya ampun,terus terus ? terus
sekarang gimana?”
“Engga gimana-gimana Nyokap lo
langsung ke Surabaya pake jalur darat sama Mang Kadim supir kantor. Dia panic
banget ditambah lo yang susah banget dihubungin. Jadi nyokap lo telephone gue,
Lo abis dari mana sih Biii?”
“Aduh sorry banget, Gue
telephone dulu Nyokap yaa La”
“Bentar bentar duduk dulu, jawab
pertanyaan gue. Lo abis dari mana??”
“Penting banget buat gue jawab la?”
“Lo kenapa sih Biii? Gue kemaren
Line-an sama Yudha dia cerita gelagat aneh lo. Masih perihal Gaga?”
“Tapi lo ga bilang kan sama Yudha Gue
kenapa?”
“Ya engga lah Biii…gue masih sahabat
lo kok..terus sekarang lo abis dari mana pulang semalem ini?”
“Gue…Gue abis ketemu Gaga La” ucapku
tertunduk kaku.
“Ya Allah Bian, lo bener-bener
kelewat nekat deh! Gue ga faham lagi sama lo. Lo gak takut rasa bersalah lo
jadi 2x lipat kalo sampe Yudha tau?”
“Gue lagi gak Butuh komentar apapun
La, dan gue bener-bener lagi ga butuh saran dan petuah apapun. Gue capek
banget..dada gue sesek banget. Jadi untuk kali ini aja izinkan gue melakukan
hal-hal gila gue, yang menurut lo diluar batas fikiran lo..” Ucapku dengan
datar dan dingin sambil berjalan ke arah kamar meninggalkan lula yang melongo atas
ucapanku barusan.
Aku melemparkan badanku ke atas kasur
yang nyaman dan empuk, badanku tidak terasa sakit tapi hati ku serasa rapuh tak
berdaya, seolah bingung kemana dia ingin berlabuh. Penat dan sesak di dalam
kepala membuat ku seakan ingin menjerit keras hingga semua orang tau bagaimana
perasaan ku saat ini.
Seminggu , semoga waktu yang cukup
untuk ku dengannya mengenang dan saling melupakan setelahnya. Aku tidak
menyesali kebodohan ku berbicara seperti itu didepan Gaga, aku malah merasa
sedikit senang karna Gaga masih sehangat dulu terlebih kepadaku. Ku raih
handphone ku tertera dua puluh lima kali panggilan tak terjawab dari mama dan
seratus lima puluh chat line dari Yudha yang tidak aku baca sejak tadi, Ku
lempar handphone ku ke sudut kamar. Begitu benci ada di kondisi ini.
***
“Selamat pagi langit, Matahari akan
kembali bersanding denganmu. Menghiasi ruanganmu yang tak terbatas, dengan
kehangatannya” gumanku dalam hati.
Udara segar kota Bali begitu khas,
menyuguhkan kedamaian dan ketenangan. Ini kali pertama aku berkunjung di kota
Bali yang indah ini. Di sampingku berdiri seorang pria yang aku ingin kan
kembali masuk kedalam hidupku sekali lagi.
“hemmm Udaranya seger banget kan
Ga..ini pantai paling keren yang pernah aku liat” ucapku sambil menatap ke arah
pantai dan Gaga Cuma tersenyum menatapku.
“Btw, Neta gak nanya kamu mau kemana
selama seminggu ini?” tanyaku perlahan.
“Neta?Neta tau kok..”
“Tau kok?Maksudnya?”
“Dia tau gue kesini sama lo buat
menyelesaikan apa yang belum terselesaikan. Gue gak setega itu bohong sama
Neta, Lo tau kan Bii, gue bukan tipikal cowok seneng selingkuh. Gue udah
terbuka banget sama Neta, dan Neta udah tau semua tentang lo dan hubungan kita
kaya apa dulu. Gue kemaren jelasin pelan-pelan sama dia dan syukur dia bisa
ngerti..”
“Neta baik banget ya Ga? Sorry ya Gue
gak sebaik Neta..”
“Apaan sih lo?”
“lo sayang banget sama Neta ya Ga?
Gue goblok banget ya ngajak lo kesini. Sumpah gue gak berniat bikin hubungan
kalian ancur atau pernikahan kalian batal..Gue gak bermaksud apapun ke arah
sana, kayanya Gue harus telephone Neta deh buat minta maaf atas kebodohan dan
ketololan gue..” kini air mata ku sudah menetes.
“Biii..berhenti menyalahkan diri lo
sendiri!”
“Ga cewek mana yang tahan dan kuat
liat cowoknya jalan sama cewek lain, terlebih Neta ngertin pasti hatinya sakit
banget deh. Gue Cuma cewek egois yang tolol banget nyesel semua tindakan dan
keputusan gue meratapi yang udah terjadi..Gue gak berhak menyesali apapun kan
harusnya?”
“Biannn….” Gaga memeluk tubuhku yang
sudah hancur parah,terluka akibat ulah sendiri menyesali kebodohanku.
“Gue…”
“Bi…seminggu ini harus kita habiskan
dengan riang,bahagia dan tertawa lebih banyak. Jangan mengungkit apapun kecuali
hal-hal yang bahagia. Kembali lagi ke tujuan awal kita kenapa kita ada disini”
Aku terdiam hanya mengangguk dengan
terisak, Gaga mengelus rambutku dengan lembut saat ini.
“Yudha tau lo kesini sama gue?”
“Engga, gue ga jawab
telephone dia dari beberapa hari yang lalu”
“kebiasaan dasar, Eh Bii naik itu
yuuuk”
“jet ski?”
“Iyaa..yuk?”
“Engga ah gue takut..”
“Gue jagain deh janjii..yuukk” ajak
Gaga sambil mengulurkan tangannya menggenggam tanganku, ada seulas senyum
mengembang di sudut bibirku sekarang.
Setelah membayar vocher dan memakai
pelampung dan berbagai alat pengaman yang sudah disediakan serta diberi
intruksi oleh guide cara-cara mengoprasikan Jet ski itu kami menaiki jet ski
berwarna putih bercorak biru. Jujur saja karena ini baru pertama kali
sejujurnya aku sangat deg-degan bermain jet ski,namun tatapan hangat Gaga
seolah berhasil mencairkan suasana hati ku.
“WUHUUUUUU….”Teriak Gaga menggema
keseluruh pantai wuzzz jet ski membelah pantai di bali ini dengan riang
ditemani langit yang cerah dengan matahari yang asik menari-nari di atas sana.
“BIAN? ARE YOU OKAY? INI SERU
KAN?”
“GUE TAKUT GA!”
“HAHAHA TENANG ADA GUE
BIII..ADA GUEE…GUE BAKALAN SELALU ADA BUAT LO KOKK”
“HAH APA?”
“GUE SAYANG LO BIANCA
SUCIANAAAAAAA…SAYANG BANGET SAMA LO!” Teriakan Gaga kali ini membuat jantungku semakin
berdebar.
“HAHAHA..GUE SAYANG LO BANGET
BIANCAA..” Kali ini suara Gaga terdengar parau aku mengencangkan pelukanku di
pinggangnya sambil menenggelamkan wajahku di punggungnya.
Satu jam lebih kami habiskan dengan
berjalan-jalan plus bermain jet ski di tanjung benoa, hari sudah semakin sore.
Wajahku sudah tak karuan bentuknya kami memutuskan untuk kembali ke hotel
membersihkan diri lalu lanjut mengitari kuliner bali nanti malam.
***
“Enak ga?enak kan kerangnya?” tanyaku
sambil memperhatikan Gaga yang asik dengan kerang di depannya.
“Iya asli ini enak banget Bii.. kamu
harus coba, sini aku suapin” ucapnya aku pun membuka lebar mulutku dan tertawa
melihat kelakuan Gaga malam ini.
“Eh Ga, kepitingnya juga enak banget
tauu..nih cobain deh.. Btw sekarang jadi Aku kamu lagi ?”
“hahaha. Ya gak apa-apa kan? iya iya
bener enak. Wah recommend banget nih tempat makan ini”
“hemm terus besok plan kita kemana
nih?”
“ohh tenang aja Gaung Syaputra
Muhamad sudah menyiapkannya. Ini udah aku tulis hari kedua sampe hari ke enam
kita kemana. Jadi hari kedua besok kita ke kuta theater sambil menikmati pantai
kuta yang indah dan keren banget pasti, hari ketiga kita ke pantai pandawa dan
katanya pantai ini keren dan gak kalah bagusnya sama kuta, hari keempat kita ke
pura tanah lot sama pura besakih, hari ke lima kita ke pantai jimbaran , hari
ke enam kita ke monkey forest terus nyari oleh-oleh baru besok subuhnya kita
pulang. Keren kann ?”
“Keren keren, Gak sabar buat
besok”
“Syukur kalo lo seneng Bi..” senyum
Gaga mengembang dan terbuyarkan dengan handphone ku yang tiba-tiba berdering
tertera dilayar betuliskan Yudha, aku mematikan handphone ku dengan kesal.
“loh kok dimatiin? Gak diangkat aja?”
“Engga tar aja” ucapku kesal.
“Oke, jangan ngambek dong..Aku kan
Cuma nanya doang”
“Iya aku gak kenapa-kenapa
kok”
“Yaudah aku bayar dulu yaa, udah ini
kita lanjut jalan-jalan malam sekitaran sini. Gimana?”
“oke”
Aku berjalan menyusuri sudut-sudut
ramai bali yang seolah tidak pernah tidur. Nyaman sekali rasanya sudah sangat
lama melewatkan moment ini dari hidupku. Banyak hall yang kami ceritakan dari
mulai keluarga,orang tua,pekerjaan dan lain-lainnya. Selain merindukan Gaga aku
pun merindukan orang tua dan adiknya, sudah sangat lama kami tidak bertemu.
“thanks ya Ga…” tiba-tiba saja kata-kata
itu terlontar dari mulutku.
“thanks untuk?”
“untuk engga membenci aku..yang udah
jahat banget sama kamu, setelah difikir ulang kayanya aku memang engga adil
banget sama kamu, aku sejahat ini dan kamu masih mau baik sama aku.”
“Gak ada alasan untuk membenci
seseorang yang kita cintai, yang ada justru mendoakan kebahagiannya kan? Aku
malah mengutuk diri aku sendiri kenapa aku bisa membiarkan kamu memilih pria
lain, aku sering menyalahkan diri aku sendiri untuk itu.”
“itu bukan kesalahan kamu Ga,
ini kesalahan aku”
“Tapi setelah difikir ulang juga,
kamu gak salah ko Bii.. kamu berhak atas kebahagian,masa depan dan pilihan
kamu”
“tapi aku menyesal atas apa yang
sudah aku pilih sekarang, aku lelah mengutuk diri sendiri dan merasa bersalah”
“setelah ini aku mohon jangan ada
lagi perasaan bersalah dan mengutuk diri sendiri, hiduplah dengan tenang dan
bahagia. Janji?”
“Apa aku bisa melewatinya tanpa kamu
Ga?”
“Sudah sejauh ini dan kamu baik-baik
saja itu tandanya kamu bisa melewatinya tanpa aku..”
“Udah sampe nih, masuk sana..jangan
lupa cuci muka dulu kemudian tidur.Goodnight Bii..”
Aku tersenyum dan memasuki kamar
hotelku dengan dada yang kembali terasa sesak. Hujan air mata menghias wajahku
lagi malam ini.
***
Singakat cerita liburan ku kebali
kali Ini sungguh sangat berkesan dari hari pertama sampai hari ke enam kami
habiskan dengan senyuman bahagia meskipun tak dapat dipungkiri ada setetes air
mata yang terbalut senyuman di sela-sela kebahagian kami.
Ah, lamunan itu selalu datang lagi,
selalu datang disaat-saat begini. Ternyata rasa bersalah itu memang terlalu
besar. Sekelumit kejadian demi kejadian terputar ulang terus menerus seperti
ada tombol play back berkali kali dalam kepalaku.
“kamu udah siap?”
“udah, aku udah siap dari tadi kok..
seandainya saja aku punya tombol pause saat ini. Ingin sekali aku menakan
tombol itu untuk memberhentikan waktu yang tersisa saat ini, sepulangnya kita
ke bandung kita harus memulai kembali apa yang sudah terjadi dan menjalaninya.
Aku harus merasa kuat melihat kamu bersanding dengan Neta dipelaminan nanti,
tapi pastikan satu hal aku adalah orang yang merasa paling bahagia menyaksikan
itu semua Ga”
“Biii.. jangan ada air mata lagi,
kita sudah bahas ini kemarin kan? Hiduplah dengan nyaman dan bahagia? Ingat?
Dan kamu sudah janji atas itu. Aku ada sedikit kenang-kenangan buat kamu, ini”
ucap Gaga memberikan ku sekotak kecil berwarna tosca dengan pita diatasnya.
“Aku..Cuma….” tangis ku pecah Gaga
lagi lagi memeluk tubuhku yang kembali bergetar hebat seolah sedang menopang
beban berat.
“Aku ada selalu di hati kamu
begitupun kamu ada didalam hati ku.. bukan engga berat melewati semua ini
Bii..Aku pun merasakan dada yang sesak tiap kali kamu seperti ini. Tapi
semuanya udah mentok, Mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk berjodoh..tugas
kita hanya menjalani apa yang sudah tuhan atur sebaik-baiknya untuk kita, aku
dan kamu. Jujur aku sangat mencintai kamu Bii, Rasa ku sama kamu masih sama
seperti lima tahun yang lalu. Tapi apa mau dikata, kita sudah memiliki komitmen
untuk menjadi lebih baik dengan memiliki orang lain..rasanya semuanya sudah
sangat terlambat untuk disesali bukan?”
“.....” Hening tak ada jawaban hanya
air mata yang menetes perlahan dan tiba-tiba saja bibir ini merasakan
kehangatan yang lain sejenak aku seperti terbawa ke langit ketujuh begitu
hangat dan lembut sehingga sulit bagiku untuk membuka kedua mataku.
“Special Gift dari aku kamu buka kalo
udah sampe dirumah aja ya ada suratnya juga didalemnya jangan lupa dibaca, Yuk kita jalan sekarang” Ajak gaga sambil
membawakan koper ku sambil memasuki mobil yang sudah disiapkan hotel untuk
membawa kami ke bandara untuk segera pulang.
***
Bandung siang ini di guyur hujan, bau
basah tanah mengiringi kedatanganku kembali pulang dalam mimpi indah seminggu
yang lalu . saat ini kembali pada dunia nyata kembali pada kenyataan dan
menjalani semuanya sebaik mungkin. Setelah berpamitan Gaga bergegas pulang
menggunakan taxi untuk segera menuju rumah memulai kehidupan barunya tanpa aku,
memulai kisahnya dengan Neta dan menutup buku yang sudah penuh dengan nama ku.
Aku berjalan menyusuri koridor
bandara dengan rasa sesak yang tetap tidak bisa dikurangi sama sekali. Kecupan
di bibir pagi tadi mungkin
kecupan terakhir yang tidak akan pernah aku rasakan lagi.
“BIANNNCAAA....” Teriak lula dari
dalam mobil di pinggi jalan sana.
“Lulaaa?” ucapku kaget dan segera
memasuki mobil honda city milik Lula.
“Loh kok lo disini sih La?” Tanya ku
heran.
“Heran kan lo? Hahaha Gaga nelephone
gue kemaren nyuruh jemput lo di bandara hari ini, jujur sih gue kecewa banget
lo gak bilang kalo lo ke bali bukan urusan bisnis dan lo bohong soal ke Bali
sendirian, dan dan dan parahnya lo bener bener gila bisa kefikiran satu minggu
bersama Gaga sebelum dia nikah. Lo harus jelasin sama gue dari A Sampe Z
semuanya...”
“HAHAHA santai kali Biii Gue
bercanda, lo gak perlu cerita apapun sama gue atau jelasin apapun sama gue,
yang penting sekarang perasaan lo udah clear kan? Hati lo agak sedikit lega
kan? Gue tau banget ini gila, dan lo seorang Bianca yang jaimnya masya Allah
bisa takluk sama urusan cinta? Gue salut sih sekaligus sedih karna ga bisa
nolong banyak buat urusan ini..”
“Semalem Gaga gak cerita apa-apa sih
dia Cuma bilang buat jemput lo di bandara dan nitip lo sama gue, gue gak tau
sih maksudnya apa tapi gue ngerasa sedih banget pas dia bilang “jagain Bian ya
La” sumpah gue ngerasa itu kata-kata paling tulus dari Gaga Bii”
“La...Gue udah kuat ko sekarang buat
menghadapi semuanya tanpa Gaga. Dia udah jadi milik orang lain dan gak
sepantasnya gue rusak. Tugas gue sekarang Cuma mendoakannya agar dia bahagia
selalu dan pernikahanya berjalan lancar...La gue bener-bener” tangis ku pecah
tak dapat ku tahan lagi, aku menangis meracau mengeluarkan semua sisa energi
yang tersisa, Lula hanya bisa menatapku penuh duka, Lula tau yang aku butuhkan
kali ini hanya mengeluarkan sisa sisa tangisan ini.
“Bandung macet banget ya Bii.. Sumpah
deh ampunnn” Gerutu Lula disampingku sambil memindahkan chanel radio,perasaan
ku sudah sedikit membaik.
“La makasih banyak ya, sorry gue
ngerepotin lo”
“apa sih Bii, kaya kesiapa aja”
“La...Liat deh mobil samping
lo,kayanya gue kenal” ucapku pada Lula.
“Bii itu kan mobil Yudha? Tapi kok
dia sama cewek sih bii?”
“Oke, oke gue coba telephone Yudha ya
La” aku menekan nama yudha untuk menelephonenya, hampir cukup lama telephone
itu tersambung namun tidak ada jawaba.
“Hallo sayang? Kamu kemana aja?” Sapa
Yudha terbata-bata
“Kamu lagi dimana yud?”
“Loh kok pertanyaanya aneh, ya di
Semarang lah sayang.. Aku lagi banyak kerjaan nanti aku telephone lagi ya”
“Oke, jangan lupa telephone balik ya
sayang” ucapku sambil mematikan telephone.
“Hemmmmm.....” aku menghela nafas
panjang
“Kenapa Bii.. Yudha bohong?”
“La, boleh ya gue turun? “
“Buat?”
“Buat semuanya selesai semuanya
sekarang!” ucapku sambil menuruni mobil milik lula ditengah hujan dan kemacetan
kota bandung dengan sedikit tekad dan keberanian yang ada di dalam dada aku
menghapiri mobil yudha dan mengetok kaca mobilnya. Yudha membuka kacanya dan
terbelak kaget melihat aku lah yang berdiri disana dengan senyum termanis yang
aku miliki hari ini.
“Ini yang namanya disemarang? Ini??”
ucapku
“Bian? Bian tapi ini..” Yudha keluar
dari mobilnya kulihat wanita itu sama kagetnya dengan Yudha.
“LO YANG SALAH BIAN! LO NGEBIARIN GUE
MEMAKAN RASA KECEWA GUE SENDIRI! GUE KURANG APA SAMA LO BIAN? APAAA? GUE UDAH
COBA LAMAR LO PAKE CARA YANG PALING ROMANTIS MENURUT VERSI GUE DAN APA YANG LO
LAKUKAN? LO MENOLAK GUE! LO NGILANG SEMINGGU TANPA KABAR DAN MENURUT LO ITU
ADIL BUAT GUE? GUE INI APA DAN SIAPA SIH DIMATA LO?”
PLAKKK.. Tamparan mendarat mulus
diwajahnya. Dan aku berjalan pergi tanpa pamit tak ada yang ingin aku bicarakan
lagi. Mungkin tuhan sedang marah padaku, mungkin tuhan sedang ingin aku banyak
belajar.
***
Aku menjalani hari-hari ku dengan
banyak perenungan setelah kejadian itu. Setelah tuhan menunjukan padaku bahwa
Yudha pria yang aku pilih dan menjadi alasan aku meninggalkan Gaga bukan pria
yang terbaik untuk ku, tidak cukup baik untuk ku.
Semenjak kejadian itu selama hampir
seminggu lebih hari ku di habiskan dengan mengurung diri di dalam
kamar.meratapi apa yang sudah terjadi.
Semua adalah kesalahan ku, kebodohan ku karna menyia-nyia kesempatan.
Mungkin sebenarnya Bukan semua menjadi salah Yudha bukan pula salah Gaga tapi
kesalahan ku. Aku yang terlalu plin plan, aku yang terlalu naif.
Beberapa hari yang lalu Yudha memang
sempat datang kerumah dengan semua persiapan wajah memelas dan penyesalan yang
bisa aku lihat. Dia meminta maaf dan meminta aku kembali padanya. Memaafkan dan
memulai kembali semuanya dari awal. Tapi aku sudah tidak menginginkannya lagi,
mungkin untuk saat ini kesendirian jalan terbaik yang ingin aku tempuh. Tidak
semua hal yang rusak bisa diperbaiki dan kalau pun memang harus menelan pil
pahit karna semuanya memang harus rusak, aku memang sudah memilih jalan itu.
“Biann...ini Mama nak” sapa mama dari
luar kamar sana.
“Ya..maa..”
“Boleh mama masuk?”
“Iya Ma..”
“Bian..anak mama satu-satunya yang
paling cantik, ada apa nak?”
“Hem ada apa? Apanya ma? Eh Ma sorry
ya Bian lupa nanya kabar papi gimana ? Bian terlalu sibuk, sibuk dengan
persoalan pribadi Bian”
“Papi udah sembuh kok dia Cuma
kecapean dan udah sehat lagi Cuma kata dokter makannya harus dijaga, Bian
sebenernya mama pengen ngomong ini kemarin tapi sepertinya kondisi hati kamu
sedang tidak bagus semenjak pulang dari Bali..Mama sedang menunggu waktu yang
tepat untuk membicarakan ini, Beberapa hari yang lalu ada yang antar surat
undangan ini” Ucap mama sambil memberikan undangan berwarna Tosca dengan
tampilan simple namun unik, didepannya bertuliskan dengan jelas “ Undangn
pernikahan Gaung & Neta”
“Terus mama nelephone Gaga, dan Gaga
bilang pernikahanya memang di majukan dari tanggal seharusnya karna Neta ada
dinas ke singapure dalam kurun waktu lumayan lama, Bian sayang apa ini yang
sedang mengganggu fikiran kamu beberapa minggu terakhir ini?”
Aku terdiam cukup lama menatap lantai
kamarku merangkai jutaan kata untuk bisa aku jelaskan dengan mudah di depan
Mama, tapi sepertinya sudah terlanjur ya mungkin lebih baik aku selesaikan saja
semuanya supaya mama juga tidak terus menerus menyimpan tanda tanya besar
tentang hal tersebut. Akhirnya dengan sangat detail aku ceritakan semuanya pada
mama apa yang aku alami, yang aku fikirkan dan rencana kedepan bagaiman harus
bersikap kepada Gaga. Dan ketika cerita ku berlangsung Mama menangis.
Kemudian teringat dengan hadiah
special terakhir dari Gaga untuk ku sebelum kami berangkat ke bandara, aku
mencarinya di dalam koperku dengan hati yang tak menentu aku membuka kotak itu,
di dalamnya berisikan boneka panda berukuran kecil dengan tombol kecil ditengah
perutnya yang imut, aku menekan tombol itu perlahan sayup-sayup terdengar suara
rekaman Gaga dari dalam boneka itu “I love you Bianca” begitu juga
dengan sepucuk surat yang terselip didalam kotak itu, aku membukanya perlahan
deretan huruf tertulis rapi membuat aku semakin sendu.
Dear Bianca,
Dulu, bagiku kamu adalah seseorang yang
harus terus kujaga bahagianya, seseorang yang tidak boleh kulupa ketika aku berbincang
dengan tuhan dalam doa dan yang tak pernah kamu tau ialah suara resah rindu
yang tidak akan pernah terdengar di telingamu. Sebab semua pernah tidak begitu
berarti bagimu..
Sudah sejauh ini kamu memilih berlari dari
sini, kau yang memilih pergi ketika aku bersedia melakukan apapun untuk tetap
bersamamu termasuk ketika harus merasakan sakit dan remuk berulang kali.
Simpanlah kenangan kita ditempat yang
baik, mungkin suatu saat kamu akan membutuhkannya sebagai pengingat, jika kamu
telah kehilangan sesuatu. Kita pernah ada dalam masa-masa yang menyenangkan dan
bahagia bersama meski pada akhirnya mungkin melepaskanmu adalah bentuk lain
dari aku sangat mencintai kamu.
Dan waktu akan terus melaju, meski berat
dan sakit menerima kenyataan namun apa daya? Kita bukan sepasang kekasih yang
ditakdirkan. Mungkin saat ini benar, bagiku tidak ada jurang yang lebih dalam
daripada harus memasukanmu dalam jurang masa lalu.
Kini, sudah kuganti cemas dalam dada
dengan doa, agar kiranya bisa memelukmu meski dari arah yang tidak pernah kamu
tahu.
Semoga hari mu selalu baik-baik saja dan
semesta menghujanimu dengan kebahagiaan. Mungkin setelah hari ini kita akan
kembali menjadi dua yang asing lagi.
Untuk yang terakhir kalinya, i love you
Bi...
-Gaung Syahputra Muhamad-
***
Hari ini sabtu tanggal 14 Mei 2016 ,
Aku berada disana saat ijab kabul itu menggema keseluruh sudut masjid dengan
lantang dan berjalan khidmad. Neta tampil sangat cantik hari ini dibalut kebaya
putih dengan siger khas pengantin sunda, cantik sekali sangat cocok dengan Gaga
yang tampan memakai jas putih dengan senyum dan rona-rona bahagianya.
Ditengah ramainya acara, aku merasa
sangat sepi bingar yang tak terdengar dan hanya sunyi senyap yang terasa. Aku
merasa bahagia, semoga kelak aku bisa mendapatkan kebahagian ku juga. Mama pun
terlihat sangat bahagia dan bangga melihat Gaga di atas pelaminan sana dengan
kebahagiannya.
Hidup itu memang tidak selalu seperti
yang kita harapkan atau impikan. Juga bukan sebuah potongan naskah drama
romantis. Aku sadar , Hidup telah banyak mengajarkan sesuatu padaku. Dan untuk
yang satu ini aku menyadari bahwa ini bukan sekedar karma. Akan selalu ada hal
baik yang terdapat dalam sebuah kejadian. Hal baik yang seharusnya akan menjadi
sebuah pelajaran berharga.
Ya memang benar adanya tidak semua
hal yang rusak bisa diperbaiki dengn sempurna. Serekat apapun lemnya bahkan
sebaik apapun cara kita untuk memperbaikinya.
Selamat Gaga, semoga bahagia selalu!
Selamat menempuh hidup baru!
Doaku akan tetap untuk kamu, untuk
yang terbaik, untuk sebuah kebahagiaan, yang tentu tidak kamu dapatkan dari
aku.
Cepat punya anak yang lucu-lucu..
-tamat-