Senin, 09 Mei 2016

PENYESALAN BIANCA...



Aku membuka dan menutup kembali layar handphoneku, beberapa kali aku melakukannya, badanku terasa bergetar, mungkin aku hanya sedang mengumpulkan sedikit keberanian untuk menghubunginya kembali. seharusnya tidak merasa terganggu tapi kali ini fikiran ku benar benar terganggu oleh chat bbm sahabatku yang menanyakan perihal pernikahan Gaga, mungkin seharusnya aku tidak mengurusinya lagi tapi entah atas angin apa aku ingin sekali menghubunginya. Dengan sedikit tekad yang kuat aku menekan tombol berwarna hijau dengan harap-harap cemas, aku terlalu takut bila akhirnya Gaga mengabaikanku.
"Hallo" sapa seorang pria di ujung sana
"Hallo ga, ini gue Bianca" suaraku terdengar bergetar tak kuat menahan tangis hati ini rasanya ingin sekali berkata aku rindu kamu.
"Bian? Eh sorry bisa telephone gue lain kali? Gue lagi sibuk banget nih"
"Hemm iya sorry sorry gue ganggu lo ya"
"Tar kalo udah santai gue telephone balik,bye"
Klik dan telephone dimatikan.
Dan hubungan komunikasi melalui telepon seluler itu pun terputus seperti begitu terburu-buru memang. Setelah sekian lama akhirnya aku mendengar suaranya. Suaranya yang tetap hangat. Gaung Saputra muhamad Dia adalah mantan pacarku ketika kami sama-sama berkuliah. Dan itu sudah sekitar lima tahun yang lalu.
Setiap bagian dari hidup kita, kadang memang tak memiliki semua bagian yang diharapkan. Begitulah hidup kan? Kadang pahit, kadang manis. Dan begitupun juga dengan hubungan percintaan. Hubunganku dengan Gaga memang tak bisa disebut lancar. Kami pun mengakhiri hubungan kami dengan banyak air mata terurai. Aku, dia, dan keluarga kami. Entah apa yang bisa aku katakan atau deskripsikan. Yang jelas, lima tahun lalu, aku dan dia sama-sama berharap, cerita hubungan kami akan berakhir di pelaminan. Namun bukan itu sepertinya takdir yang digariskan Tuhan. Dan kami hanya bisa menjalaninya dengan pasrah.
Bukan salah Gaga jika pada akhirnya aku memutuskan untuk mengakhri hubungan kami.ini kesalahanku, Perasaanku padanya luntur begitu saja. Ya, oke. Memang bukan begitu saja. Tentu saja ada alasannya. Aku bertemu dengan pria lain. Seorang Bianca Suciana akhirnya jatuh cinta lagi di waktu yang salah dan tidak tepat. Ah, beberapa tahun lalu memang sepertinya bukan waktu yang baik untuk diingat-ingat. Tapi aku mengingatnya dengan sangat jelas. Karena dari situlah, aku merasakan penyesalan yang teramat dalam. Perasaan bersalah yang terus tumbuh berakar didalam hati ini. Aku tertegun di pojokan kamar masih dengan sisa penyesalan yang sama dengan malam-malam sebelumnya tak kusangka rasanya kehilangan sesakit ini.
Tiba-tiba telephoneku berdering melantunkan lagu mocca dengan manis tertera dilayar bertuliskan "lula kamalia" lula merupakan salah satu sahabat terdekat ku jarak rumahnya tak jauh dari sini, dia juga merupakan salah satu saksi mata yang mengetahui awal pertemuan ku dengan Gaga sampai dengan seluk beluk hubungan kami hingga pada akhirnya kami berpisah.
"Hallo bian lo dimana?"
"Gue dirumah,kenapa?"
"Lo udah tau?"
"Tau apa?"
"Katanya Gaga mau nikah ya bii?? Lo udah tau kan??"
"Laaaa..guee.." seoalah tak rela,seolah tak ingin mendengar semuanya lebih jelas lagi.
"Lo ga kenapa-kenapa kan ? Apa gue salah ngomong?"
"Kita bahas lain kali ya la,gue lagi pengen sendiri"
Seperti raga yang kehilangan jiwanya, sudah hampir 5 tahun yang lalu kami berpisah,tapi aku tidak pernah merasa sesakit ini kehilangan mu,Ga!
***
Sinar matahari masuk melalui celah-celah kecil kamarku, aku membuka mata ku perlahan,ah sial gerutuku dalam hati karena tangis semalam menyebabkan mataku sembab,pagi ini aku awali dengan mengutuk diri sendiri.
"Bian...sayang...cepat bangun..udah jam berapa ini" suara lembut mama mengalun diluar pintu kamar dengan segera aku bersiap untuk bergegas berangkat ke kantor.
Pagi hari ini, aku sengaja ingin melewatkan waktu sarapan di pagi hari bersama mama. Wajahku yang sedikit menunjukkan kesedihan dan mataku yang sembab ini rasanya tak dapat aku sembunyikan dari mama. Dia selalu mengetahui apapun yang sedang terjadi padaku. Maka, dengan sedikit terburu-buru aku mengambil blazer hitamku dan bergegas menuju garasi mobil.
"Bian,kok buru-buru sih ga sarapan dulu?" ucap mama menegurku yang sedang memanaskan mesin mobil.
"Engga deh mah,bian buru-buru takut telat"
"Hey hey, anak gadis mama yang satu ini. Bohong ya kamu sama mama? Sini sini, ayo cerita sedikit sama mama, lagi ada apa sama kamu?" kenapa aku selalu tidak bisa bersandiwara ya di depan mama? Ucapku dalam hati.
"Hmmm, aku gapapa kok, Ma. Beneran deh, hehe." jawabku dengan tetap tidak menjawab jujur. Mata ini tidak berani menatap mata mama secara langsung.
"Lho, masih mau bohong juga toh kamu. Ya sudah, mama ga bisa maksa juga kalo kamu belum mau cerita. Nanti-nanti cerita ya” ucap Mama berkata sambil mengusap bahuku.
Aku hanya tersenyum. Dan dengan bergegas segera menyalami tangan mama.
"Bian,satu lagi..semalam Gaga menghubungi mama" ucap mama dengan senyuman, aku sudah muak dengan ini semua, mengapa Gaga tidak membiarkan aku tahu terlebih dahulu mengapa dia tidak menjelaskan dan memberitahuku perihal pernikahanya terlebih dahulu kepadaku sehingga aku bisa lebih mempersiapkan mental ku. Dan kenapa hingga kini dia belum menghubungi ku lagi? Seribu pertanyaan mencuat,aku tak menggubris ucapan mama dan segera berlalu menuju kantor.
"Neng bianca,ini ada titipan" sapa mang kamil satpam kantorku dengan senyum semangatnya pagi ini.
"Titipan? Dari siapa?"
"Dari Pak Yudha neng,katanya buat neng Bian..neng bian kenapa? Tumben hari ini tampak lesu?"
"Yudha? Haha engga mang semalem abis begdang kali jadi keliatannya lesu,yaudah aku ambil titipannya ya mang..aku masuk dulu"
Aku membuka kantong titipan tersebut dan isinya Sekotak bekal berwarna pink berisi roti sendwitch lengkap dengan susu murni segarnya,aku tersenyum ya setidaknya pagi ku tidak terlalu menyedihkan.
Yudha barata wijaya sosok pria lain yang membuat aku kehilangan rasa kepada Gaga begitu saja. Semuanya Berawal dari lima tahun yang lalu. Lima tahun lalu, aku dan dia sama-sama baru saja masuk ke dunia kerja. Aku bekerja sebagai insinyur di salah satu perusahaan konsultan milik keluarga, sedangkan dia memutuskan untuk berkecimpung di dunia perbankan. Kesibukan demi kesibukan memang rasanya selalu saja menjadi alasan untuk membuat kami semakin jarang bertemu. Terlebih aku, aku memiliki banyak waktu yang tak bisa kubagi-bagi. Proyek perusahaanku sedang banyak saat itu, dan setiap malam aku harus melembur di kantor. Sedangkan gaga dengan sabar mengerti kesibukanku. Gaga memang baik hati dan pengertian. Gaga mau memahami segala kesibukanku.
Semuanya lancar-lancar saja di tiga bulan pertama. Lalu Pamanku, Om bey mengenalkan aku kepada salah seorang insinyur baru di perusahaan kami. Dan disitulah aku bertemu dengannya. Awalnya aku memang mengakui, aku sudah tertarik pada pria itu. Pria dengan gaya metroseksual dan menawan. Namun kedekatan kami yang memang pada awalnya hanya karena pekerjaan, membuatku semakin merasa nyaman berada di dekatnya.
Ah, memang tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa pada akhirnya aku jatuh cinta lagi. Yudha begitu mempesonaku. Dia sudah mempesonaku sejak pertemuan kami yang pertama. Dan semakin hari, dia memang mampu menyita perhatianku.
Lima bulan setelah hubunganku dengan gaga resmi berakhir, Yudha menyatakan cintanya kepadaku. Dan aku langsung menerimanya. Hubungan kami lancar-lancar saja. Terlebih karena kami memang dapat sering bertemu. Dia ditempatkan di kantor cabang bandung barat, sedangkan aku di bandung Selatan. Perusahaan keluargaku memang sedang berkembang, walaupun kantor cabangnya memang tidak terlalu besar, tapi perusahaan ini sudah cukup memiliki banyak klien. Papa dan omku memang memiliki banyak rekanan yang mempercayakan proyek-proyeknya pada perusahaan kami.
Namun enam bulan yang lalu, ketika usia hubunganku dengannya genap 4 tahun Yudha dipercaya untuk memimpin proyek di Semarang. Betapapun tidak terlalu senangnya aku mendengar berita itu, tapi dalam lubuk hatiku, aku bangga padanya.
Ada sebersit rasa khawatir dengan hubungan kami ketika yudha akhirnya diharuskan untuk bertugas di luar kota. Hubungan jarak jauh atau LDR merupakan kendalanya. Aku memang tidak terlalu tertarik dengan hubungan seperti ini sejak dulu. Dan sejujurnya, aku khawatir. Sebesar apapun rasa percaya diantara kami, itu bukan satu-satunya faktor untuk menjadi jaminan bahwa hubungan jarak jauh itu tidak terlalu berisiko. LDR tetap LDR. Dan risiko itu terlalu berat untuk aku ambil. Namun toh aku berani juga memutuskan untuk melanjutkan hubungan itu. Karena rasa sayang kami, dan karena durasi proyek yang tidak terlalu lama, satu tahun setengah jadi akhirnya aku bertekad untuk tetap melanjutkan dan bertahan berhubungan dengan Yudha. Hingga kini hubungan ku dengan Yudha masih berjalan lancar meskipun beberapa kali putus namun akhirnya nyambung lagi,hanya saja kami belum terfikirkan untuk melangkah ke pelaminan dengan cepat.
Dan pagi ini entah angin dari mana Yudha mengirimkan ku sekotak bekal sendwich rasa cinta,bahkan kedatanganya ke bandung pun aku tak tahu. Aku meronggoh tas ku mencari handphoneku dan tertera 15 panggilan tak terjawab dari yudha.
"Hallo sayang,special gift dari aku udah diterima?"
"Nyebelin kann ngilang dua hari kebandung gak bilang tiba-tiba ngasih gituan, kenapa mau nyogok biar aku gak bete?"
"Hahaha sayang tar malem aku jemput ya,setelah tugas ku beres kita diner. Jangan lupa makan siang love you bianca"
"Okay,love you too yud"
Baiklah kita mulai hari ini dengan sejenak lupakan masalah Gaga dan acara pernikahanya ucapku dalam hati namun seakan mengelak  Pikiranku terus meracau pada Gaga. Padahal, apa sih yang aku pikirkan? Untuk apa aku sibuk-sibuk memikirkan dia? Sedangkan mungkin dia juga tak mau tahu kabarku. Niatku saat itu hanya satu, mengetahi kabarnya, juga tentang kabar pernikahannya. Dan apa yang aku dapatkan? Penolakan. Ya, untuk pertama kalinya, dia menolakku.
 Dan aku merasa seperti keledai dungu untuk apa aku menghubunginya semalam? Hanya untuk diabaikan? Dia sudah benar-benar melupakan ku lalu untuk apa capek-capek merasa bersalah. Lagipula sudah tidak ada lagi hububganya denganku bukanya lebih baik jika sekarang dia sudah memiliki pengganti ku yang mungkinn jauh lebih baik? Aku menangis,air mata ku membanjiri pipiku kali ini tak bisa kah Gaga membuat hati ku yang sesak ini lebih lapang?
Siang ini aku sudah mengadakan janji dengan lula untuk makan siang bersama disalah satu cafe dekat kantorku, rasanya akan kehabisan seluruh nafasku karna sesak jika harus ku pendam semua ini sendirian.
"Jadi, uda ngerti kan, la?”
“Hmmm…”
“Hmmm? Kok Hmmm?”
“Jadi apa yang mau lo denger? Komentar? Saran? Atau sekedar butuh pendengar setia?”
“Gue mau semuanya. Kan lo biasanya juga bisa merangkap. Tumben ah pake nanya”
“Hehe, bukan begitu, bian sayang. Muke lo tuh kaya orang linglung sih daritadi. Gue takut salah-salah ngomong nih, makanya nanya dulu, hehe”
Aku hanya terdiam sambil memaksakan diri untuk sedikit tersenyum.
“Lo masih sayang gaga?”
“Kenapa jadi nanya gitu sih, la?”
“Uda dong,Jawab aja. Ga neko-neko kan pertanyaan gue? Secara dia mantan lo, jadi wajar aja pertanyaan gue”
“Sayang sih, Cuma ga kaya dulu. Sekedar sayang untuk merasa lega jika dia baik-baik aja”
“Yakin?”
“Ya ampun,laaa..makin ke sini makin nyebelin deh lo”
“Duh, bukan maksud gue ngeledek lo,Cuma logika gue bilang, kalo lo ga sayang sama dia, ngapain sih lo repot-repot konfirmasi ke dia tentang pernikahannya? Ngapain lo sebegitu carenya sama dia,bisa jawab?”
Aku terdiam. Cukup lama, sampai akhirnya aku bisa mengeluarkan sebuah jawaban.
“Gue mau dia mendapatkan wanita yang terbaik. Gue mau dia selalu baik-baik aja, Karena… karena gue menyesal uda meninggalkan dia dulu. Karena gue sesungguhnya merasa bersalah. Dan entah apa ini namanya, gue Cuma mau dia ga bener-bener hilang. Gue Cuma mau tau kabar kalo dia baik-baik aja”
“Dan apa itu ga berlebihan menurut lo?”
“Maksudnya?”
“Iya, kalo cuma untuk tau dia baik-baik aja, gue rasa dia emang baik-baik aja. Come on,. Dia masih angkat telp lo kan? Lo masih bisa denger suara dia kan? Dan itu bukannya artinya dia baik-baik aja?”
Lula benar. Dia selalu benar. Dan dibalik semua jawaban dan pertanyaan frontal yang dia tanyakan, aku yakin, dia sudah tau jawaban sebenarnya. Selama kurang lebih sepuluh menit, aku lagi-lagi hanya bisa terdiam. Duduk lemas memandang minuman dan makanan yang sedari tadi tak habis dan pasrah karena tidak dapat menjawab pertanyaan lula dengan jawaban apapun.
“Rasa bersalah lo sudah terlalu besar,  Harusnya ga sebesar itu. Gaga memang bersedih waktu lo memutuskan dia karena pria lain, tapi ya sudah, hidupnya tetap berjalan kan? Walau memang sulit sekali buat dia. Tapi dia tetap hidup”
 Lula meneguk sedikit minuman yang ada di hadapannya, lalu melanjutkan kembali
"hidup kan ga semulus yang kita mau. Gaga pasti mengharapkan dia bisa sama-sama lo terus sampe kakek nenek. Menikah, punya anak, bahagia, dan sebagainya dan sebagainya. Tapi kan, kenyataan berkata lain. Percaya sama gue, selalu ada hikmah dibalik ini semua”
“la,lo ga tau seberapa gue merasa bersalah sama gaga. Lo ga tau”
“Iya,  gue emang bukan lo, tapi gue bisa bayangin kok. Dan lagian, apa lo mau hidup dengan memelihara rasa bersalah itu seumur hidup lo? Ga kan?”
Aku mengangguk, menyetujui apa yang lula katakan.
“Gue cuma berharap, dia baik-baik aja dan bahagia selalu la" suaraku mulai meredup dan parau. Lengan lula sudah memelukku erat saat itu.
***
"Hallo sayang? Beres jam berapa?" tanya yudha di ujung telephone sana.
"Hmm aku bentar lagi beres kok yud,mau jemput kerumah apa langsung dari sini?"
"Ohh bagus deh kerjaan ku ternyata kelar lebih cepet,aku sekarang di parkiran bawah..aku tunggu kamu disini ya"
"Okay yud,15 menit lagi aku turun" ucapku sambil mematikan telephone dan membereskan beberapa buku,jurnal,map yang berserakan diatas meja kerjaku.
"Hemmm" aku menghela nafas panjang dan berat,setelah sekian lama apa perlu aku menyesali nya sekarang???
"Sorry lama,tadi ada beberapa yang belum beres tapi aku bekel kerumah aja deh jadi PR" sapa ku hangat memasuki mobil jazz warna biru tua milik yudha
"Sayang,kamu sakit???"
"Engga,emang kenapa?"
"Kok kurusan sih?? Baru juga 5 bulan kita Ldr bandung semarang..sekarang udah kurus aja kamu"
"Aku kecapean kali yud,hehe"
"Kecapean pun jangan sampe lupa makan sayang"
"Iya iya" aku mengangguk merasa malas dengan pembicaraan ini.
"Hemm jadi mau kemana kita?"
"Loh kok nanya aku kan kamu yg ngajak"
"Bian kamu lagi banyak fikiran ya sayang?"
"Kamu selain jago ngilang,jago ngasih kejutan,sekarang jadi jago ramal juga ya semenjak di semarang?belajar dari mana?"
"Hahaha aku dari tadi merhatiin kamu tuh kaya yg linglung kaya yang lagi ada problem berat ganggu fikiran kamu"
"Engga kok yud mungkin cuma masalah kerjaan aja"
"Oke aku gak akan paksa kamu cerita lebih detail pokoknya kali ini aku cuma pengen liat kamu senyum dan bahagia yaa" aku lagi lagi tersenyum parau.
Mobil yudha membelah jalanan lembang dengan tak terburu-buru sejujurnya setelah 5 bulan terakhir kami Ldr, bohong jika aku bilang aku sama sekali tidak merindukannya. Aku sungguh sangat merindukannya namun bayangan Gaga terus saja mengganggu fikiranku. Seharusnya tidak begini, setelah selama ini apa aku baru menyadari nya bahwa kehilangan dan merelakan dia dengan seseorang yang baru itu menyakitkan? Lalu bagaimana dengan gaga pada saat itu merelakan aku memilih yudha? Apakah ini karma? Tuhan sedang mebolak-balikan hati ku agar aku lebih banyak belajar?
Jarak perjalanan memakan waktu kurang lebih setengah jam, maklum cafe ini memang terletak jauh diatas bukit karna menjanjikan keindahan lampu kota bandung saat malam. Yudha menggenggam tanganku dan menariku ku sudut cafe yang berhadapan langsung dengan lampu-lampu nan indah disana berkelap-kelip layaknya bintang yang manis. Di meja itu sudah tersedia cake berukuran sedang bertuliskan happy aniversary plus dengan sebouket bunga mawar merah. Aku terbelak kaget lantaran aku benar-benar lupa kalo tanggal hari ini merupakan hari jadi kami.
"Pasti kamu lupa deh kalo hari ini aniv kita,ya kan? Kebanyakan mikirin kerjaan sih kamu sayang" ledek yudha,aku masih terbengong-bengong melihat kejutan demi kejutan yang yudha berikan.
"So..sorr..ry yud aku bener bener lupa banget kalo hari ini tuh.."
"Udahlah sayang ga penting buat dibahas, aku tau kamu banyak kerjaan jadi aku faham dan ngerti banget kok. Kebetulan aku emang sengaja pulang ke bandung hari ini cuma buat ngerayain aniv kita loh! Hehe makanya aku ga bilang sebelumnya sama kamu kalo aku pulang. Yuk kita tiup lilin nya bareng-bareng jangan lupa berdoa dulu, berdoa yang terbaik untuk kita kedepannya..setuju?" aku mengangguk Tanda setuju sembari tersenyum. Aku akui Yudha pun begitu baik, perhatian dan terlebih romantis. Tapi mengapa saat ini begitu mengetahui Gaga mencintai wanita lain selain aku dan berencana untuk menikah hatiku seolah tidak rela, egois kah??? Ya aku egois teramat sangat egois.
Setelah selesai berdoa dan meniup lilin diatas cake, Yudha mencium keningku rona-rona bahagia benar-benar terpancar diwajahnya saat ini.
"Sayang satu lagi, aku ada kado special buat kamu" ucapnya sambil memberikanku satu kotak kecil berwarna pastel,aku membukanya perlahan sebuah cincin cantik tersenyum di dalam sana.
"Will you marry me Bianca?" tanya yudha mengagetkan ku.
"Menikah? Yud kita pernah bahas masalah ini kan"
"Bian,apalagi sih yang kita tunggu? Bukannya kita sama sama saling mencintai terus apa lagi sih?"
"Aku belum siap,belum siap ke arah sana"
“Belum siap karena factor apa? Umur kita udah bisa dibilang matang loh buat ke arah sana, Bian umur kita tuh bakalan terus nambah aku gak mau kalo sampe telat nikah loh..lagian kalo kita emang udah saling sayang aku rasa apa lagi, terlebih umur pacaran kita juga udah lama kan. Jangan sampe deh ya lama-lama pacaran terus gak jadi nikah”
“ini tuh gak segampang itu yud, gue butuh banyak waktu buat memikirkannya lagi”
“Memikirkannya lagi? Memikir kan apa maksud kamu? Dan gue?  Kamu kenapa sih aneh banget dari tadi!”
Aku terdiam cukup lama, saat ini otak ku benar-benar sedang mumet begitu penuh, hingga bingung dan ngelantur berbicara.
“Sorry..sorry banget Yud.. kita bisa bahas ini lain kali? Aku bener-bener lagi mumet banget. Bukan maksud buat ngancurin special aniv kita dan surprise dari kamu tapi beneran aku Cuma pengen pulang sekarang, boleh?”
“Kenapa sih selalu ngehindar dari ini? Apa aku salah ngajak pacar yang udah hampir 5 taun pacaran buat nikah?” aku tak berani menatap mata Yudha aku yakin kini dia sedang benar-benar merasa kecewa.
“Yud..please” aku tertunduk kaku.
“Oke, Kita pulang sekarang” ucap Yudha sambil bangkit dari tempat duduknya. Aku mengikuti langkahnya dari belakang sambil tertunduk ke lantai, begitu lemas. Apa yang ada dalam otak ku saat ini, mengapa aku menolak lamaran Yudha yang begitu romantis malam ini? .
“ADUH MBAK KALO JALAN LIAT KEDEPAN KALI” Teriak seorang wanita didepan ku, aku terperanjat kaget dan tersadar dalam lamunanku, aku tak sengaja menyenggol gelas berisi jus strawberry miliknya hingga tumpah di atas mejanya.
“Udah sayang, jangan marah-marah gitu dong nanti kita pesen lagi aja ya” sapa seorang pria di sebelahnya dengan lembut dan membuatku benar-benar terperanjat kaget.
“GA…GA..” ucapku dengan tubuh yang bergetar hebat.
“Kamu kenal dia sayang?” Tanya perempuan yang marah-marah tadi.
“Bian? Hey Bian, apa kabar? Wah mimpi apa gue ketemu lo disini..” sapa Gaga hangat seperti biasanya.
“Gue..ba..ik..” Kaku benar-benar menyelimuti tubuh ku kali ini.
“Ini kenalin calon istri gue namanya Neta”
“Oh iya, hallo Gue Bianca tapi cukup panggil Bian aja” ucapku mencoba sedikit menutupi gugup ku kali ini.
“Neta” ucap wanita itu dengan judes.
“Oh ya Net, sorry banget ya gue beneran tadi gak sengaja nyenggol gelas lo..sorry bangettt….”
“Sayang, aku cariin kamu taunya kamu disini” Sapa Yudha. Kulihat tatapan Gaga kini sedikit berubah.
“Eh iya Yud, tadi aku gak sengaja nyenggol gelas punya mbak ini hehe dan ternyata dia calon istrinya temen ku” aku menjelaskan.
“Oh Gitu, gak apa–apa aku aja yang bayar kamu pesen lagi aja” ucap Yudha
“Ga usah, gak usah jangan dibawa ribet nyantei aja Neta biar pesen yang lain aja”
“Oke deh kalo gitu, kita balik duluan yaa Ga.. sorry sekali lagi ya Net” ucapku sambil berlalu di ikuti yudha yang memeluk pinggangku dari belakang.
Rasanya malam ini terasa sangat dingin, seluruh tubuhku beku seperti tak bernyawa. Fikiranku melayang jauh terbang tinggi tanpa batas. Setelah sekian lama kini aku kembali melihat wajahnya, mengapa ada sedikit perasaan tak iklas melihat disebelahnya kini ada wanita lain. Hentikan semua rasa ini tuhan.
Sepanjang perjalanan Yudha tidak bertanya tidak juga memulai percakapan aku tau dia masih kecewa dengan sikap ku malam ini. Dan aku pun seperti tidak ingin memperburuk suasana aku memilih untuk bungkam juga. Sesampainya dihalaman rumah Yudha tidak banyak berbicara seperti biasanya. Aku hanya berkata “maaf buat malam ini Yud” dan dia pun hanya tersenyum dan berlalu.
***
Aku kembali membuka laptop ku untuk meneruskan beberapa pekerjaan yang memang sengaja aku bawa kerumah malam ini. Kamarku redup sekali, aku sengaja membuatnya demikian karena aku berharap dapat terlelap lebih awal dari biasanya. Siklus tidurku benar-benar teganggu sekali beberapa hari ini. Pikiran memang selalu membawa pengaruh sangat besar pada kebiasaan tidur dan pola makan ku. Tak baik memang, namun aku bisa apa? Mata ini sepertinya berkomplot dengan kepala untuk sama-sama ikut memikirkan tentang Gaga. Dia memang sedang menjadi Hedline di kepalaku.
Semuanya bermula dari beberapa pertanyaan yang tidak seharusnya ditindak lanjuti, seharusnya sikapku adalah masa bodoh dan biarkan semua berjalan apa adanya. Jika memang Gaga akan menikah dan jika ia ingin mengundangku, pasti undangan itu akan sampai ketangan ku langsung. Harus kah aku menunggu saat itu tiba? Tanpa bertanya apapun padanya? Tanpa konfirmasi apa-apa? Toh dia hanya sekedar mantan pacarku tidak lebih.
Aku terbangun di pukul tiga subuh, Mimpi itu datang lagi. Dalam mimpi itu Gaga mendatangi ku dan bersusah payah mengatakan bahwa selamanya dia tidak pernah melupakan aku. Dan bahwa dia tidak mencinta Neta seperti dia mencinta aku.
“Cinta itu Cuma satu,Bian” itulah kata-katanya dalam mimpiku yang sempat aku ingat. Tapi hidup dan percintaan tidak selamanya seideal itu kan.begitu pula dengan mimpi tak selamanya mimpi itu memiliki arti sesuatu dan yang aku harap hanyalah semoga aku tidak terlalu berharap dengan mimpi itu.
Aku meneguk segelas air putih dengan keringat dingin membanjiri tubuhku, ada apa ini? Mengapa semua ini terasa salah dan menyiksa?. Aku menggenggam erat handphone ku, harus kah aku mencoba menelephonenya kembali saat ini dan membicarakan masalah ini padanya? Aku sudah benar-benar tak tahan. Aku kembali menekan tombol hijau itu.
“Hallo” Sapa Gaga diujung sana.
“Hallo Ga, ini gue Bianca..kok belum tidur?”
“Bian? Kok lo telephone gue? Ada apa? Iya nih gue lagi banyak banget kerjaan yang harus kelar..kenapa? kenapa?”
“Gue…hemm…boleh gak sih kalo gue ngajak lo ketemu besok? berdua aja?”
“Lo kenapa? Lagi ada masalah? Tumben jam segini belum tidur?”
“Jawab aja..bisa apa engga?”
“Hemmm…” Gaga hanya menghela nafas panjang terdengar berat sekali.
“Ga, sorry banget..sorry banget seharusnya gue gak nelephone lo dan ganggu lo lagi..maaf kalo lo emang ga bisa gak apa-apa kok”
“Hey..are you okay? Dimana kita ketemu besok? Gue jemput lo ke kantor aja ya besok” ucapnya hangat.
“Stone Garden ya jam 7, gak usah dijemput Ga, kita ketemu langsung ditempat aja ya”
“Okay, see you Bian” ucapnya sambil mematikan telephone. Haaaah aku merasa sangat lega, lega sekali nafasku terasa mudah kali ini.
***
“sorry nunggu lama” sapa nya dengan begitu manis, aku tersenyum.
“hemm..Neta gak nanya lo kemana malam ini?” Tanya ku basa-basi.
“Neta kebetulan ada rapat gitu di Singapure berangkat tadi pagi sih, jadi apa kabar Bianca? Udah lama gak ketemu dan tetep cantik aja ya”
“Gombal, haha sekarang jadi pinter ngemodusin cewek ya Ga! Kabar gue baik..lo? terus Neta itu kerja dimana?”
“Gue juga baik kok, Neta itu kerja di perusahan Design art gitu, kalo yang kemaren itu Yudha? Yudha yang bikin lo pergi dari gue ya?”
“apaan sih lo”
“hahaha gue bercanda kali…masih aja tetep sensi ya, jadi ada angin apa sih yang ngebuat lo nelephone gue jam tiga subuh buat ngajakin ketemu hari ini?”
“bentar-bentar gue mau nanya, waktu seminggu yang lalu gue telephone dan lo janji mau nelephone gue balik kenapa gue tunggu gak ada telephone balik dari lo? Segitu sebelnya ya denger suara gue?”
“Tuh kan lo tuh gak pernah berubah yaa Bian, Gue saat itu lagi sibuk bangetttt super sibuk dan akhirnya gue beneran lupa buat nelephone lo balik..sorry”
“Lo mau menikah ya Ga?” ucapku pelan sekali..
“Oh itu..jadi berita itu udah sampe juga ketelinga lo! Hahaha iya sebenenya sih gue sama Neta udah lamaran, tapi untuk pernikahanya masih tiga bulan kedepan, lagian nih ya kalo gue nikah mustahil banget gue gak ngasih undangan sama lo dan mama”
“lo udah yakin banget ya sama Neta?”
“maksud lo?”
“akhir-akhir ini ada yang ngeganggu fikiran gue Ga..”
“hemm gue kaya gak bisa tidur, sulit focus, gak mood makan, gelisah Cuma karna ini..”
“Gue kaya gak rela lo nikah sama cewek lain..”
“Bian..”
“tar dulu Ga, Gue bener-bener butuh waktu buat ngomong ini semua ke lo, jadi jangan disanggah dulu ya..”
“Gue menyesali perbuatan gue lima tahun yang lalu buat ninggalin lo dan memilih pria lain. Ini gila dan mungkin hal terbulshit yang lo denger, tapi sumpah setaun ini gue merasa menyesali semua kesalahan gue membiarkan lo menderita karna gue ngebuang lo gitu aja. Mungkin seribu kata maaf gak akan bisa balikin semuanya kaya dulu lagi, apa yang udah terjadi adalah tinggal menjalaninya saja. Tapi saat gue tau lo mau merried dengan wanita lain perasaan ini begitu semakin menyiksa gue..sumpah sungguh sangat menyiksa. Tapi meminta lo untuk menjalani kembali sama gue sekali lagi itu ga realistis gak boleh dan gak mungkin lo ninggalin Neta demi gue..Gue Cuma berharap lo bahagia.. dan semoga Neta cewek terbaik buat lo.. gue Cuma gak mau penyesalan gue semakin dalam sebelum gue ungkapin semua ini sama lo..sekarang gue ngerasa lebih lega”
“Lo masih inget gak sih? Gimana gue ngemis-ngemis supaya lo balik sama gue, supaya lo mau memikirkan lagi bagaimana harmonisnya hubungan kita yang pada saat itu berusia tiga setengah tahun dan gue juga meminta kesedian lo untuk memulai kembali semuanya dari awal. Tapi apa? Apa yang lo bilang sama gue? Lo tolak semua itikad baik gue, Ironisnya sampe saat ini pun sebegitu nya lo memperlakukan gue, gue tetep sayang sama lo Bian, gue gak pernah merasa benci sama lo! Bahkan lo yang menjauh dari gue, lo juga yang bilang supaya engga nyari lo lagi dan melupakan lo. Sekarang gue udah sedikit melupakan semua itu dan berencana menikah memulai dan menata kehidupan yang lebih baik lagi, kenapa lo muncul lagi? Kenapa lo bersikap seperti ini? Lo mau memporak poranda kan hati gue lagi? Gue bahkan butuh waktu selama itu buat move on dan memilih wanita lain. Lo gak berfikir perasaan gue saat itu? Lo bisa ketawa bahagia share sana sini kebahagian lo sama Yudha lelaki itu tanpa lo fikir perasaan gue, dan sekarang lo dateng ngomong kaya gitu? Lo menyesal? Kemana aja lo selama ini Bian??”
“kasih gue waktu seminggu, kasih gue waktu yang lo punya”
“maksudnya?”
“kita pergi berdua selama seminggu buat saling melupakan setelahnya”
“gue makin gak ngerti”
“gue Cuma pengen semuanya clear, gue Cuma pengen semuanya baik-baik aja dan lancar-lancar aja. Jadi kasih gue seminggu bareng sama lo menikmati tiap inci kebahagian gue yang dulu buat menguatkan gue kalo lo udah bukan milik gue lagi. Seminggu aja sebelum lo menikah. Biar penyesalan ini ga semakin mendalam..gue mohon kali ini aja Ga.. pertimbangkan”
“Bian…”
“Ga please..kali ini aja untuk yang terakhir kalinya..Lo janji kan buat liburan ke Bali sebelum akhirnya gue mutusin lo waktu itu? Gue mau liburan ke bali kali ini sama lo selama seminggu setelah itu mungkin gue bakalan lebih kuat menghadapi ini semua, dan meratapi kebodohan gue..”
“Oke, kapan kita pergi?” muka Gaga tampak lemas sekarang.
“Lusa..”
“Oke aku siapin dulu tiket dan keberangkatan kita ya”
“Ga…makasih ya udah mau luangin waktu buat gue”
“Iya Bian sama-sama, jangan nyiksa diri lo sendiri lagi. Banyakin makan badan lo kurus banget sekarang. Gue suka lo yang dulu yang ceria dan gemukan”
Aku menahan air mata ku hingga detik terakhir kami berpisah di parkiran, menahan dan mencoba kuat meratapi kebodohan ku. Sudah tanggung jalan sampai kesini maka semuanya pun harus segera selesai.
***
“Aduhh….Biannn lo abis dari mana aja sih???” gerutu Lula sesampainya aku membuka pintu rumah dengan wajah lesu.
“Apaan sih lo? Baru juga dateng udah di sewotin” gumanku sambil terduduk disebelah Lula dengan lemas.
“Ya Allah ni anak ya, lo cek deh handphone lo. Nyokap lo dari tadi ngehubungi lo susah banget, Bokap lo masuk UGD di Surabaya gara-gara kecapean dan pingsan”
“Ya ampun,terus terus ? terus sekarang gimana?”
“Engga gimana-gimana Nyokap lo langsung ke Surabaya pake jalur darat sama Mang Kadim supir kantor. Dia panic banget ditambah lo yang susah banget dihubungin. Jadi nyokap lo telephone gue, Lo abis dari mana sih Biii?”
“Aduh sorry banget, Gue telephone dulu Nyokap yaa La”
“Bentar bentar duduk dulu, jawab pertanyaan gue. Lo abis dari mana??”
“Penting banget buat gue jawab la?”
“Lo kenapa sih Biii? Gue kemaren Line-an sama Yudha dia cerita gelagat aneh lo. Masih perihal Gaga?”
“Tapi lo ga bilang kan sama Yudha Gue kenapa?”
“Ya engga lah Biii…gue masih sahabat lo kok..terus sekarang lo abis dari mana pulang semalem ini?”
“Gue…Gue abis ketemu Gaga La” ucapku tertunduk kaku.
“Ya Allah Bian, lo bener-bener kelewat nekat deh! Gue ga faham lagi sama lo. Lo gak takut rasa bersalah lo jadi 2x lipat kalo sampe Yudha tau?”
“Gue lagi gak Butuh komentar apapun La, dan gue bener-bener lagi ga butuh saran dan petuah apapun. Gue capek banget..dada gue sesek banget. Jadi untuk kali ini aja izinkan gue melakukan hal-hal gila gue, yang menurut lo diluar batas fikiran lo..” Ucapku dengan datar dan dingin sambil berjalan ke arah kamar meninggalkan lula yang melongo atas ucapanku barusan.
Aku melemparkan badanku ke atas kasur yang nyaman dan empuk, badanku tidak terasa sakit tapi hati ku serasa rapuh tak berdaya, seolah bingung kemana dia ingin berlabuh. Penat dan sesak di dalam kepala membuat ku seakan ingin menjerit keras hingga semua orang tau bagaimana perasaan ku saat ini.
Seminggu , semoga waktu yang cukup untuk ku dengannya mengenang dan saling melupakan setelahnya. Aku tidak menyesali kebodohan ku berbicara seperti itu didepan Gaga, aku malah merasa sedikit senang karna Gaga masih sehangat dulu terlebih kepadaku. Ku raih handphone ku tertera dua puluh lima kali panggilan tak terjawab dari mama dan seratus lima puluh chat line dari Yudha yang tidak aku baca sejak tadi, Ku lempar handphone ku ke sudut kamar. Begitu benci ada di kondisi ini.
***
“Selamat pagi langit, Matahari akan kembali bersanding denganmu. Menghiasi ruanganmu yang tak terbatas, dengan kehangatannya” gumanku dalam hati.
Udara segar kota Bali begitu khas, menyuguhkan kedamaian dan ketenangan. Ini kali pertama aku berkunjung di kota Bali yang indah ini. Di sampingku berdiri seorang pria yang aku ingin kan kembali masuk kedalam hidupku sekali lagi.
“hemmm Udaranya seger banget kan Ga..ini pantai paling keren yang pernah aku liat” ucapku sambil menatap ke arah pantai dan Gaga Cuma tersenyum menatapku.
“Btw, Neta gak nanya kamu mau kemana selama seminggu ini?” tanyaku perlahan.
“Neta?Neta tau kok..”
“Tau kok?Maksudnya?”
“Dia tau gue kesini sama lo buat menyelesaikan apa yang belum terselesaikan. Gue gak setega itu bohong sama Neta, Lo tau kan Bii, gue bukan tipikal cowok seneng selingkuh. Gue udah terbuka banget sama Neta, dan Neta udah tau semua tentang lo dan hubungan kita kaya apa dulu. Gue kemaren jelasin pelan-pelan sama dia dan syukur dia bisa ngerti..”
“Neta baik banget ya Ga? Sorry ya Gue gak sebaik Neta..”
“Apaan sih lo?”
“lo sayang banget sama Neta ya Ga? Gue goblok banget ya ngajak lo kesini. Sumpah gue gak berniat bikin hubungan kalian ancur atau pernikahan kalian batal..Gue gak bermaksud apapun ke arah sana, kayanya Gue harus telephone Neta deh buat minta maaf atas kebodohan dan ketololan gue..” kini air mata ku sudah menetes.
“Biii..berhenti menyalahkan diri lo sendiri!”
“Ga cewek mana yang tahan dan kuat liat cowoknya jalan sama cewek lain, terlebih Neta ngertin pasti hatinya sakit banget deh. Gue Cuma cewek egois yang tolol banget nyesel semua tindakan dan keputusan gue meratapi yang udah terjadi..Gue gak berhak menyesali apapun kan harusnya?”
“Biannn….” Gaga memeluk tubuhku yang sudah hancur parah,terluka akibat ulah sendiri menyesali kebodohanku.
“Gue…”
“Bi…seminggu ini harus kita habiskan dengan riang,bahagia dan tertawa lebih banyak. Jangan mengungkit apapun kecuali hal-hal yang bahagia. Kembali lagi ke tujuan awal kita kenapa kita ada disini”
Aku terdiam hanya mengangguk dengan terisak, Gaga mengelus rambutku dengan lembut saat ini.
“Yudha tau lo kesini sama gue?”
“Engga, gue ga jawab telephone dia dari beberapa hari yang lalu”
“kebiasaan dasar, Eh Bii naik itu yuuuk”
“jet ski?”
“Iyaa..yuk?”
“Engga ah gue takut..”
“Gue jagain deh janjii..yuukk” ajak Gaga sambil mengulurkan tangannya menggenggam tanganku, ada seulas senyum mengembang di sudut bibirku sekarang.
Setelah membayar vocher dan memakai pelampung dan berbagai alat pengaman yang sudah disediakan serta diberi intruksi oleh guide cara-cara mengoprasikan Jet ski itu kami menaiki jet ski berwarna putih bercorak biru. Jujur saja karena ini baru pertama kali sejujurnya aku sangat deg-degan bermain jet ski,namun tatapan hangat Gaga seolah berhasil mencairkan suasana hati ku.
“WUHUUUUUU….”Teriak Gaga menggema keseluruh pantai wuzzz jet ski membelah pantai di bali ini dengan riang ditemani langit yang cerah dengan matahari yang asik menari-nari di atas sana.
“BIAN? ARE YOU OKAY? INI SERU KAN?”
“GUE TAKUT GA!”
“HAHAHA TENANG ADA GUE BIII..ADA GUEE…GUE BAKALAN SELALU ADA BUAT LO KOKK”
“HAH APA?”
“GUE SAYANG LO BIANCA SUCIANAAAAAAA…SAYANG BANGET SAMA LO!” Teriakan Gaga kali ini membuat jantungku semakin berdebar.
“HAHAHA..GUE SAYANG LO BANGET BIANCAA..” Kali ini suara Gaga terdengar parau aku mengencangkan pelukanku di pinggangnya sambil menenggelamkan wajahku di punggungnya.
Satu jam lebih kami habiskan dengan berjalan-jalan plus bermain jet ski di tanjung benoa, hari sudah semakin sore. Wajahku sudah tak karuan bentuknya kami memutuskan untuk kembali ke hotel membersihkan diri lalu lanjut mengitari kuliner bali nanti malam.
***
“Enak ga?enak kan kerangnya?” tanyaku sambil memperhatikan Gaga yang asik dengan kerang di depannya.
“Iya asli ini enak banget Bii.. kamu harus coba, sini aku suapin” ucapnya aku pun membuka lebar mulutku dan tertawa melihat kelakuan Gaga malam ini.
“Eh Ga, kepitingnya juga enak banget tauu..nih cobain deh.. Btw sekarang jadi Aku kamu lagi ?”
“hahaha. Ya gak apa-apa kan? iya iya bener enak. Wah recommend banget nih tempat makan ini”
“hemm terus besok plan kita kemana nih?”
“ohh tenang aja Gaung Syaputra Muhamad sudah menyiapkannya. Ini udah aku tulis hari kedua sampe hari ke enam kita kemana. Jadi hari kedua besok kita ke kuta theater sambil menikmati pantai kuta yang indah dan keren banget pasti, hari ketiga kita ke pantai pandawa dan katanya pantai ini keren dan gak kalah bagusnya sama kuta, hari keempat kita ke pura tanah lot sama pura besakih, hari ke lima kita ke pantai jimbaran , hari ke enam kita ke monkey forest terus nyari oleh-oleh baru besok subuhnya kita pulang. Keren kann ?”
“Keren keren, Gak sabar buat besok”
“Syukur kalo lo seneng Bi..” senyum Gaga mengembang dan terbuyarkan dengan handphone ku yang tiba-tiba berdering tertera dilayar betuliskan Yudha, aku mematikan handphone ku dengan kesal.
“loh kok dimatiin? Gak diangkat aja?”
“Engga tar aja” ucapku kesal.
“Oke, jangan ngambek dong..Aku kan Cuma nanya doang”
“Iya aku gak kenapa-kenapa kok”
“Yaudah aku bayar dulu yaa, udah ini kita lanjut jalan-jalan malam sekitaran sini. Gimana?”
“oke”
Aku berjalan menyusuri sudut-sudut ramai bali yang seolah tidak pernah tidur. Nyaman sekali rasanya sudah sangat lama melewatkan moment ini dari hidupku. Banyak hall yang kami ceritakan dari mulai keluarga,orang tua,pekerjaan dan lain-lainnya. Selain merindukan Gaga aku pun merindukan orang tua dan adiknya, sudah sangat lama kami tidak bertemu.
“thanks ya Ga…” tiba-tiba saja kata-kata itu terlontar dari mulutku.
“thanks untuk?”
“untuk engga membenci aku..yang udah jahat banget sama kamu, setelah difikir ulang kayanya aku memang engga adil banget sama kamu, aku sejahat ini dan kamu masih mau baik sama aku.”
“Gak ada alasan untuk membenci seseorang yang kita cintai, yang ada justru mendoakan kebahagiannya kan? Aku malah mengutuk diri aku sendiri kenapa aku bisa membiarkan kamu memilih pria lain, aku sering menyalahkan diri aku sendiri untuk itu.”
“itu bukan kesalahan kamu Ga, ini kesalahan aku”
“Tapi setelah difikir ulang juga, kamu gak salah ko Bii.. kamu berhak atas kebahagian,masa depan dan pilihan kamu”
“tapi aku menyesal atas apa yang sudah aku pilih sekarang, aku lelah mengutuk diri sendiri dan merasa bersalah”
“setelah ini aku mohon jangan ada lagi perasaan bersalah dan mengutuk diri sendiri, hiduplah dengan tenang dan bahagia. Janji?”
“Apa aku bisa melewatinya tanpa kamu Ga?”
“Sudah sejauh ini dan kamu baik-baik saja itu tandanya kamu bisa melewatinya tanpa aku..”
“Udah sampe nih, masuk sana..jangan lupa cuci muka dulu kemudian tidur.Goodnight Bii..”
Aku tersenyum dan memasuki kamar hotelku dengan dada yang kembali terasa sesak. Hujan air mata menghias wajahku lagi malam ini.
***
Singakat cerita liburan ku kebali kali Ini sungguh sangat berkesan dari hari pertama sampai hari ke enam kami habiskan dengan senyuman bahagia meskipun tak dapat dipungkiri ada setetes air mata yang terbalut senyuman di sela-sela kebahagian kami.
Ah, lamunan itu selalu datang lagi, selalu datang disaat-saat begini. Ternyata rasa bersalah itu memang terlalu besar. Sekelumit kejadian demi kejadian terputar ulang terus menerus seperti ada tombol play back berkali kali dalam kepalaku.
“kamu udah siap?”
“udah, aku udah siap dari tadi kok.. seandainya saja aku punya tombol pause saat ini. Ingin sekali aku menakan tombol itu untuk memberhentikan waktu yang tersisa saat ini, sepulangnya kita ke bandung kita harus memulai kembali apa yang sudah terjadi dan menjalaninya. Aku harus merasa kuat melihat kamu bersanding dengan Neta dipelaminan nanti, tapi pastikan satu hal aku adalah orang yang merasa paling bahagia menyaksikan itu semua Ga”
“Biii.. jangan ada air mata lagi, kita sudah bahas ini kemarin kan? Hiduplah dengan nyaman dan bahagia? Ingat? Dan kamu sudah janji atas itu. Aku ada sedikit kenang-kenangan buat kamu, ini” ucap Gaga memberikan ku sekotak kecil berwarna tosca dengan pita diatasnya.
“Aku..Cuma….” tangis ku pecah Gaga lagi lagi memeluk tubuhku yang kembali bergetar hebat seolah sedang menopang beban berat.
“Aku ada selalu di hati kamu begitupun kamu ada didalam hati ku.. bukan engga berat melewati semua ini Bii..Aku pun merasakan dada yang sesak tiap kali kamu seperti ini. Tapi semuanya udah mentok, Mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk berjodoh..tugas kita hanya menjalani apa yang sudah tuhan atur sebaik-baiknya untuk kita, aku dan kamu. Jujur aku sangat mencintai kamu Bii, Rasa ku sama kamu masih sama seperti lima tahun yang lalu. Tapi apa mau dikata, kita sudah memiliki komitmen untuk menjadi lebih baik dengan memiliki orang lain..rasanya semuanya sudah sangat terlambat untuk disesali bukan?”
“.....” Hening tak ada jawaban hanya air mata yang menetes perlahan dan tiba-tiba saja bibir ini merasakan kehangatan yang lain sejenak aku seperti terbawa ke langit ketujuh begitu hangat dan lembut sehingga sulit bagiku untuk membuka kedua mataku.
“Special Gift dari aku kamu buka kalo udah sampe dirumah aja ya ada suratnya juga didalemnya jangan lupa dibaca,  Yuk kita jalan sekarang” Ajak gaga sambil membawakan koper ku sambil memasuki mobil yang sudah disiapkan hotel untuk membawa kami ke bandara untuk segera pulang.
***
Bandung siang ini di guyur hujan, bau basah tanah mengiringi kedatanganku kembali pulang dalam mimpi indah seminggu yang lalu . saat ini kembali pada dunia nyata kembali pada kenyataan dan menjalani semuanya sebaik mungkin. Setelah berpamitan Gaga bergegas pulang menggunakan taxi untuk segera menuju rumah memulai kehidupan barunya tanpa aku, memulai kisahnya dengan Neta dan menutup buku yang sudah penuh dengan nama ku.
Aku berjalan menyusuri koridor bandara dengan rasa sesak yang tetap tidak bisa dikurangi sama sekali. Kecupan di bibir pagi tadi mungkin kecupan terakhir yang tidak akan pernah aku rasakan lagi.
“BIANNNCAAA....” Teriak lula dari dalam mobil di pinggi jalan sana.
“Lulaaa?” ucapku kaget dan segera memasuki mobil honda city milik Lula.
“Loh kok lo disini sih La?” Tanya ku heran.
“Heran kan lo? Hahaha Gaga nelephone gue kemaren nyuruh jemput lo di bandara hari ini, jujur sih gue kecewa banget lo gak bilang kalo lo ke bali bukan urusan bisnis dan lo bohong soal ke Bali sendirian, dan dan dan parahnya lo bener bener gila bisa kefikiran satu minggu bersama Gaga sebelum dia nikah. Lo harus jelasin sama gue dari A Sampe Z semuanya...”
“HAHAHA santai kali Biii Gue bercanda, lo gak perlu cerita apapun sama gue atau jelasin apapun sama gue, yang penting sekarang perasaan lo udah clear kan? Hati lo agak sedikit lega kan? Gue tau banget ini gila, dan lo seorang Bianca yang jaimnya masya Allah bisa takluk sama urusan cinta? Gue salut sih sekaligus sedih karna ga bisa nolong banyak buat urusan ini..”
“Semalem Gaga gak cerita apa-apa sih dia Cuma bilang buat jemput lo di bandara dan nitip lo sama gue, gue gak tau sih maksudnya apa tapi gue ngerasa sedih banget pas dia bilang “jagain Bian ya La” sumpah gue ngerasa itu kata-kata paling tulus dari Gaga Bii”
“La...Gue udah kuat ko sekarang buat menghadapi semuanya tanpa Gaga. Dia udah jadi milik orang lain dan gak sepantasnya gue rusak. Tugas gue sekarang Cuma mendoakannya agar dia bahagia selalu dan pernikahanya berjalan lancar...La gue bener-bener” tangis ku pecah tak dapat ku tahan lagi, aku menangis meracau mengeluarkan semua sisa energi yang tersisa, Lula hanya bisa menatapku penuh duka, Lula tau yang aku butuhkan kali ini hanya mengeluarkan sisa sisa tangisan ini.
“Bandung macet banget ya Bii.. Sumpah deh ampunnn” Gerutu Lula disampingku sambil memindahkan chanel radio,perasaan ku sudah sedikit membaik.
“La makasih banyak ya, sorry gue ngerepotin lo”
“apa sih Bii, kaya kesiapa aja”
“La...Liat deh mobil samping lo,kayanya gue kenal” ucapku pada Lula.
“Bii itu kan mobil Yudha? Tapi kok dia sama cewek sih bii?”
“Oke, oke gue coba telephone Yudha ya La” aku menekan nama yudha untuk menelephonenya, hampir cukup lama telephone itu tersambung namun tidak ada jawaba.
“Hallo sayang? Kamu kemana aja?” Sapa Yudha terbata-bata
“Kamu lagi dimana yud?”
“Loh kok pertanyaanya aneh, ya di Semarang lah sayang.. Aku lagi banyak kerjaan nanti aku telephone lagi ya”
“Oke, jangan lupa telephone balik ya sayang” ucapku sambil mematikan telephone.
“Hemmmmm.....” aku menghela nafas panjang
“Kenapa Bii.. Yudha bohong?”
“La, boleh ya gue turun? “
“Buat?”
“Buat semuanya selesai semuanya sekarang!” ucapku sambil menuruni mobil milik lula ditengah hujan dan kemacetan kota bandung dengan sedikit tekad dan keberanian yang ada di dalam dada aku menghapiri mobil yudha dan mengetok kaca mobilnya. Yudha membuka kacanya dan terbelak kaget melihat aku lah yang berdiri disana dengan senyum termanis yang aku miliki hari ini.
“Ini yang namanya disemarang? Ini??” ucapku
“Bian? Bian tapi ini..” Yudha keluar dari mobilnya kulihat wanita itu sama kagetnya dengan Yudha.
“LO YANG SALAH BIAN! LO NGEBIARIN GUE MEMAKAN RASA KECEWA GUE SENDIRI! GUE KURANG APA SAMA LO BIAN? APAAA? GUE UDAH COBA LAMAR LO PAKE CARA YANG PALING ROMANTIS MENURUT VERSI GUE DAN APA YANG LO LAKUKAN? LO MENOLAK GUE! LO NGILANG SEMINGGU TANPA KABAR DAN MENURUT LO ITU ADIL BUAT GUE? GUE INI APA DAN SIAPA SIH DIMATA LO?”
PLAKKK.. Tamparan mendarat mulus diwajahnya. Dan aku berjalan pergi tanpa pamit tak ada yang ingin aku bicarakan lagi. Mungkin tuhan sedang marah padaku, mungkin tuhan sedang ingin aku banyak belajar.
***
Aku menjalani hari-hari ku dengan banyak perenungan setelah kejadian itu. Setelah tuhan menunjukan padaku bahwa Yudha pria yang aku pilih dan menjadi alasan aku meninggalkan Gaga bukan pria yang terbaik untuk ku, tidak cukup baik untuk ku.
Semenjak kejadian itu selama hampir seminggu lebih hari ku di habiskan dengan mengurung diri di dalam kamar.meratapi apa yang sudah terjadi.  Semua adalah kesalahan ku, kebodohan ku karna menyia-nyia kesempatan. Mungkin sebenarnya Bukan semua menjadi salah Yudha bukan pula salah Gaga tapi kesalahan ku. Aku yang terlalu plin plan, aku yang terlalu naif.
Beberapa hari yang lalu Yudha memang sempat datang kerumah dengan semua persiapan wajah memelas dan penyesalan yang bisa aku lihat. Dia meminta maaf dan meminta aku kembali padanya. Memaafkan dan memulai kembali semuanya dari awal. Tapi aku sudah tidak menginginkannya lagi, mungkin untuk saat ini kesendirian jalan terbaik yang ingin aku tempuh. Tidak semua hal yang rusak bisa diperbaiki dan kalau pun memang harus menelan pil pahit karna semuanya memang harus rusak, aku memang sudah memilih jalan itu.
“Biann...ini Mama nak” sapa mama dari luar kamar sana.
“Ya..maa..”
“Boleh mama masuk?”
“Iya Ma..”
“Bian..anak mama satu-satunya yang paling cantik, ada apa nak?”
“Hem ada apa? Apanya ma? Eh Ma sorry ya Bian lupa nanya kabar papi gimana ? Bian terlalu sibuk, sibuk dengan persoalan pribadi Bian”
“Papi udah sembuh kok dia Cuma kecapean dan udah sehat lagi Cuma kata dokter makannya harus dijaga, Bian sebenernya mama pengen ngomong ini kemarin tapi sepertinya kondisi hati kamu sedang tidak bagus semenjak pulang dari Bali..Mama sedang menunggu waktu yang tepat untuk membicarakan ini, Beberapa hari yang lalu ada yang antar surat undangan ini” Ucap mama sambil memberikan undangan berwarna Tosca dengan tampilan simple namun unik, didepannya bertuliskan dengan jelas “ Undangn pernikahan Gaung & Neta”
“Terus mama nelephone Gaga, dan Gaga bilang pernikahanya memang di majukan dari tanggal seharusnya karna Neta ada dinas ke singapure dalam kurun waktu lumayan lama, Bian sayang apa ini yang sedang mengganggu fikiran kamu beberapa minggu terakhir ini?”
Aku terdiam cukup lama menatap lantai kamarku merangkai jutaan kata untuk bisa aku jelaskan dengan mudah di depan Mama, tapi sepertinya sudah terlanjur ya mungkin lebih baik aku selesaikan saja semuanya supaya mama juga tidak terus menerus menyimpan tanda tanya besar tentang hal tersebut. Akhirnya dengan sangat detail aku ceritakan semuanya pada mama apa yang aku alami, yang aku fikirkan dan rencana kedepan bagaiman harus bersikap kepada Gaga. Dan ketika cerita ku berlangsung Mama menangis.
Kemudian teringat dengan hadiah special terakhir dari Gaga untuk ku sebelum kami berangkat ke bandara, aku mencarinya di dalam koperku dengan hati yang tak menentu aku membuka kotak itu, di dalamnya berisikan boneka panda berukuran kecil dengan tombol kecil ditengah perutnya yang imut, aku menekan tombol itu perlahan sayup-sayup terdengar suara rekaman Gaga dari dalam boneka itu “I love you Bianca” begitu juga dengan sepucuk surat yang terselip didalam kotak itu, aku membukanya perlahan deretan huruf tertulis rapi membuat aku semakin sendu.
Dear Bianca,
Dulu, bagiku kamu adalah seseorang yang harus terus kujaga bahagianya, seseorang yang tidak boleh kulupa ketika aku berbincang dengan tuhan dalam doa dan yang tak pernah kamu tau ialah suara resah rindu yang tidak akan pernah terdengar di telingamu. Sebab semua pernah tidak begitu berarti bagimu..
Sudah sejauh ini kamu memilih berlari dari sini, kau yang memilih pergi ketika aku bersedia melakukan apapun untuk tetap bersamamu termasuk ketika harus merasakan sakit dan remuk berulang kali.
Simpanlah kenangan kita ditempat yang baik, mungkin suatu saat kamu akan membutuhkannya sebagai pengingat, jika kamu telah kehilangan sesuatu. Kita pernah ada dalam masa-masa yang menyenangkan dan bahagia bersama meski pada akhirnya mungkin melepaskanmu adalah bentuk lain dari aku sangat mencintai kamu.
Dan waktu akan terus melaju, meski berat dan sakit menerima kenyataan namun apa daya? Kita bukan sepasang kekasih yang ditakdirkan. Mungkin saat ini benar, bagiku tidak ada jurang yang lebih dalam daripada harus memasukanmu dalam jurang masa lalu.
Kini, sudah kuganti cemas dalam dada dengan doa, agar kiranya bisa memelukmu meski dari arah yang tidak pernah kamu tahu.
Semoga hari mu selalu baik-baik saja dan semesta menghujanimu dengan kebahagiaan. Mungkin setelah hari ini kita akan kembali menjadi dua yang asing lagi.
Untuk yang terakhir kalinya, i love you Bi...
-Gaung Syahputra Muhamad-
***
Hari ini sabtu tanggal 14 Mei 2016 , Aku berada disana saat ijab kabul itu menggema keseluruh sudut masjid dengan lantang dan berjalan khidmad. Neta tampil sangat cantik hari ini dibalut kebaya putih dengan siger khas pengantin sunda, cantik sekali sangat cocok dengan Gaga yang tampan memakai jas putih dengan senyum dan rona-rona bahagianya.
Ditengah ramainya acara, aku merasa sangat sepi bingar yang tak terdengar dan hanya sunyi senyap yang terasa. Aku merasa bahagia, semoga kelak aku bisa mendapatkan kebahagian ku juga. Mama pun terlihat sangat bahagia dan bangga melihat Gaga di atas pelaminan sana dengan kebahagiannya.
Hidup itu memang tidak selalu seperti yang kita harapkan atau impikan. Juga bukan sebuah potongan naskah drama romantis. Aku sadar , Hidup telah banyak mengajarkan sesuatu padaku. Dan untuk yang satu ini aku menyadari bahwa ini bukan sekedar karma. Akan selalu ada hal baik yang terdapat dalam sebuah kejadian. Hal baik yang seharusnya akan menjadi sebuah pelajaran berharga.
Ya memang benar adanya tidak semua hal yang rusak bisa diperbaiki dengn sempurna. Serekat apapun lemnya bahkan sebaik apapun cara kita untuk memperbaikinya.
Selamat Gaga, semoga bahagia selalu! Selamat menempuh hidup baru!
Doaku akan tetap untuk kamu, untuk yang terbaik, untuk sebuah kebahagiaan, yang tentu tidak kamu dapatkan dari aku.
Cepat punya anak yang lucu-lucu..
-tamat-